Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarian Lenggang Cisadane: Sejarah, Gerakan, Properti, dan Keunikannya

Kompas.com - 04/05/2022, 04:00 WIB
Tari Oktaviani,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tari Lenggang Cisadane merupakan tarian khas kota Tangerang yang ada sejak tahun 2008. Tari Lenggang Cisadane memadukan berbagai unsur budaya seperti Budaya Sunda, Betawi, Melayu, dan Budaya Tionghoa. 

Adapun keempat budaya tersebut menggambarkan keanekaragaman budaya yang ada di Kota Tangerang itu sendiri.

Tari Lenggang Cisadane diciptakan oleh seorang seniman asal kota Tangerang yang bernama H. Yunus Ahmad Sanusi.

Terciptanya tarian ini berangkat dari keprihatinannya terhadap budaya tradisional yang mulai hilang dimakan zaman. Yunus yang merupakan guru seni dan budaya ini akhirnya menciptakan tarian tradisional baru yang memang diperuntukan bagi remaja. 

Gerakan tarian yang diciptakan Yunus ini pun akhirnya dilirik oleh Pemerintah setempat. Hingga akhirnya pada tahun 2011 Tari Lenggang Cisadane ditetapkan sebagai tarian selamat datang oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tangerang.

Baca juga: Sarapan di Warung Encim Sukaria, Masakan Lintas Budaya Tangerang

Asal Muasal Tari Lenggang Cisadane

Tari Lenggang Cisadane berasal dari kata Lenggang dan Cisadane. Kata “lenggang” berarti gerakan melangkah sambil mengayun-ayunkan tangan secara bergantian kiri dan kanan sesuai langkah kaki.

Sedangkan "Cisadane" merupakan salah satu nama sungai yang membelah kota Tangerang. Makna penamaan Cisadane adalah bahwa siapapun yang sudah menginjakkan kakinya di Tangerang dan meminum air Cisadane, maka ia akan betah berada di Tangerang.

Dengan demikian tarian Lenggang Cisadane mengandung makna tarian yang penuh keceriaan karena melenggang di kota Tangerang. 

Gerakan Tarian Lengang Cisadane 

Meski Tarian Lenggang Cisadane menggabungkan perpaduan Tarian Cokek, Tarian Topeng Betawi dan Tari Jaipong, namun gerakan Lengang Cisadane dibuat lebih halus dan sopan. Hal ini mengingat semua gerakan disesuaikan dengan norma-norma kesopanan yang ada di Kota Tangerang.

Ada sepuluh gerakan inti dalam tari Lenggang Cisadane yaitu Sibat, Landangan, Keupat, Selut, Lungsar, Cocor Bebek, Keupat Linggek, Lontang Canting, Kewer II, dan Sontang Lageday. Tarian Lenggang Cisadane juga menggunakan gerakan Tari Melayu.

Properti Tarian Lengang Cisadane

Busana yang dikenakan penari Lenggang Cisadane memang belum diatur secara resmi. Namun terpenting ialah busananya harus tertutup dan sopan.

Sementara itu aksesoris yang harus dikenakan adalah hiasan kepala, tusuk konde ala Tionghoa, hiasan leher (kace), kebaya encim, selendang sebagai properti tari, ikat pinggang (pending) untuk menyangkutkan selendang.

Selain itu ada pula apok yakni semacam long torso yang dililitkan melingkari badan dari dada sampai pinggul, biasanya diberi hiasan berbagai manik-manik dan renda emas. Rambut penari pun dikonde cepol.

Baca juga: Mengenal Sejarah Reog Ponorogo, Tarian Asal Jatim yang Diusulkan Jadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO

Musik Tarian Lengang Cisadane

Musik pengiring tari Lenggang Cisadane berupa perpaduan gamelan, gambang kromong, dan marawis. Musiknya pun kental dengan nuansa Islami.

Musik pengiring di bagian awal adalah perpaduan antara gamelan dan gambang kromong yang dimainkan secara bersamaan.

Dilanjutkan musik marawis yang berdiri sendiri, tanpa campuran musik lain, melantunkan sholawat Nabi. Setelah musik Marawis berhenti langsung disambung kembali dengan perpaduan musik gamelan dan gambang kromong hingga tarian berakhir.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Megapolitan
Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Megapolitan
Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Megapolitan
Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Megapolitan
Akhir Hayat Lansia Sebatang Kara di Pejaten, Tewas Terbakar di Dalam Gubuk Reyot Tanpa Listrik dan Air...

Akhir Hayat Lansia Sebatang Kara di Pejaten, Tewas Terbakar di Dalam Gubuk Reyot Tanpa Listrik dan Air...

Megapolitan
Anies Kembali Ikut Pilkada Jakarta, Warga Kampung Bayam: Buatlah Kami Sejahtera Lagi

Anies Kembali Ikut Pilkada Jakarta, Warga Kampung Bayam: Buatlah Kami Sejahtera Lagi

Megapolitan
Gibran Rakabuming Sumbang Sapi Seberat 500 Kg ke Masjid Agung Al-Azhar

Gibran Rakabuming Sumbang Sapi Seberat 500 Kg ke Masjid Agung Al-Azhar

Megapolitan
Habis Isi Bensin, Motor Pedagang Tahu Bulat Hangus Terbakar di Pamulang

Habis Isi Bensin, Motor Pedagang Tahu Bulat Hangus Terbakar di Pamulang

Megapolitan
Mendiang Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Puluhan Tahun Tak Dapat Bantuan gara-gara Tak Urus Administrasi

Mendiang Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Puluhan Tahun Tak Dapat Bantuan gara-gara Tak Urus Administrasi

Megapolitan
Ingin 'Naik Kelas', Pemilik Konfeksi di Tambora Harap Ada Binaan dari Pemerintah

Ingin "Naik Kelas", Pemilik Konfeksi di Tambora Harap Ada Binaan dari Pemerintah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com