JAKARTA, KOMPAS.com - Polda Metro Jaya berkoodinasi dengan Pemerintah Kota Depok untuk memberikan pendampingan kepada belasan santriwati korban pencabulan di Pondok Pesantren kawasan Beji, Depok.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan mengayakan, penyidik sudah melayangkan surat ke Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kota Depok agar membantu memberikan pendampingan.
Baca juga: Polda Metro Jaya Selidiki 3 Laporan Pencabulan Belasan Santriwati di Pondok Pesantren Beji Depok
Di samping itu, penyidik juga meminta bantuan pemeriksaan psikologi terhadap belasan santriwati yang diduga dicabuli oleh ustaz dan kakak kelas di pondok pesantren tersebut.
"Karena ini terkait dengan anak di bawah umur, kami juga sudah membuat surat ke UPTD PPA Depok untuk dilakukan pendampingan dan pemeriksaan psikologi terhadap para anak-anak tersebut," ujar Zulpan dalam keterangannya, Jumat (1/7/2022).
"Kami berkoordinasi juga dengan Central Handayani di Depok untuk pembuatan laporan sosial atau lapsos korban," sambung dia.
Sejauh ini, kata Zulpan, penyidik masih mengumpulkan informasi dari keterangan pelapor dan saksi-saksi yang mengetahui kejadian dugaan pencabulan tersebut.
Penyidik juga masih mengumpulkan bukti-bukti untuk mengusut tuntas kasus pencabulan ini.
"Dalam hal ini kami belum menentukan tersangka dan masih melengkapi keterangan-keterangan dan bukti-bukti. Baik itu saksi, bukti visum yang masih dilakukan," kata Zulpan.
Diberitakan sebelumnya, belasan santriwati di pondok pesantren yatim piatu kawasan Beji, Depok, Jawa Barat, diduga menjadi korban pencabulan oleh ustaz dan kakak kelasnya.
Kasus yang menimpa belasan korban di bawah umur itu dilaporkan ke Polda Metro Jaya dan kini telah diselidiki Ditrektorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum).
Kuasa hukum korban, Megawati, mengatakan bahwa terdapat 11 santriwati yang diduga menjadi korban pencabulan. Namun, baru lima orang yang berani melaporkan kejadian tersebut.
"Dari 11 orang yang dilecehkan, yang berani untuk speak up hanya lima orang, tapi yang sekarang diperiksa oleh penyidik baru tiga orang," ujar Megawati kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Rabu (29/6/2022).
Menurut Megawati, pencabulan tersebut diduga telah terjadi selama satu tahun terakhir, dan baru terungkap pada Juni 2022.
Berdasarkan keterangan para korban, lanjut dia, pelaku pencabulan tersebut diduga berjumlah lima orang.
Empat orang di antaranya merupakan pengajar di sana dan satu lainnya adalah kakak kelas korban.
"Sudah ketahuan seminggu yang lalu pada saat anak-anak itu lagi libur (semester). Pelakunya ada lima orang dari pondok pesantren itu," ungkap Megawati.
Kasus pencabulan tersebut pun kemudian dilaporkan pada 21 Juni 2022 dan teregistrasi dalam tiga laporan berbeda.
"Sekarang ini baru penyelidikan awal. Hari ini baru selesai pemeriksaan perdana untuk korban dan orangtua korban," pungkas Megawati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.