Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

"Misteri" Makam Mbah Bayun di Belakang Perumahan Elite Cibubur

Kompas.com - 08/07/2022, 15:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarahnya” (Bung Karno).

TIDAK salah jika Bapak Bangsa kita selalu mengiangkan kalimat ini untuk kalangan muda agar tidak melupakan jati diri bangsanya.

Bung Karno begitu visioner sehingga relevansi makna kalimat ini selalu bisa kita pertanyakan terus di setiap babakan perjalanan sejarah bangsa ini.

Membaca pemberitaan Kompas.com tanggal 7 Juli 2022 kemarin, begitu miris melihat “penghargaan” generasi sekarang terhadap Situs Cagar Budaya Candi Bojongemas di Kampus Bojongemas, Kecamatan Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Generasi sekarang begitu abai dan pemerintah daerahnya begitu “cuek”.

Betapa tidak, candi yang berlokasi di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Citarum dibiarkan teronggok begitu saja tanpa terurus sama sekali.

Batuan Candi Bojongemas sudah lama kusam, warnanya memudar dan lumut tumbuh di mana-mana.

Konon Candi Bojongemas merupakan bangunan pasaduan, yaitu tempat yang dianggap suci oleh pemeluk ajaran Kandaan yang dianut mayoritas masyarakat Kaisnawa (penganut agama Shiwa).

Indikasi sejarah tersebut ditilik dari ditemukannya arca Durga Nahesasuramardini yang kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Warga setempat lebih mengenalnya sebagai arca putri.

Selain arca, di lokasi reruntuhan Candi Bojongemas juga pernah ditemukan alat lisung dan halu, semacam, alat untuk menumbuk padi atau beras.

Kini yang tersisa hanyalah onggokan batu-batu yang tidak terurus, bahkan warga yang melintas di sekitar lokasi tidak paham dengan peninggalan bersejarah ini.

Dari awal pun, pemerintah setempat sudah “salah kaprah” memperlakukan situs Candi Bojongemas.

Semula letak candi berada tepat di aliran Sungai Citarum. Karena kerap tersapu luapan air sungai dan pemerintah setempat melakukan normalisasi aliran sungai, situs Candi Bojongemas dipindahkan ke lokasi yang sekarang ini dengan menggunakan alat berat beko.

Ekskavasi yang bersamaan dengan pengerukkan dan perubahan alur sungai dipastikan tidak melibatkan ahli-ahli arkeologi yang paham dengan penanganan benda-benda bersejarah. Faktor kerusakan tentu bisa diminimalkan jika sejak awal ditangani dengan benar.

Dulu warga masih bisa menyaksikan Candi Bojongemas memiliki sumber mata air yang tidak pernah kering. Masih ada kolam yang berisi ikan paray.

Kontribusi pemerintah setempat terhadap perawatan situs cagar budaya ini “hanyalah” papan informasi sekilas mengenai Candi Bojongemas.

Tanpa petugas dan tanpa pagar serta alat penerangan yang menandakan lokasi Candi Bojongemas tidak perlu harus dijaga keamanan dan kebersihan.

Misteri makam Mbah Bayun

Sejak pindah rumah ke Kawasan Cibubur, Depok, Jawa Barat awal tahun 2000, saya selalu kerap mendengar cerita dan penuturan dari warga-warga setempat tentang berbagai mitos dan kisah legenda.

Semua kisah selalu dibalut dengan sejarah dan berbagai epos kepahlawanan.

Sangat terbatas sumber-sumber sejarah tentang Depok yang dapat dibaca dan ditelaah oleh peneliti dan masyarakat.

Catatan-catatan sejarah mengenai Cibubur dan Depok umumnya dapat diketahui dari catatan-catatan “kaki” para penulis Belanda, baik yang terkoleksi di perpustakaan-perpustakaan Indonesia ataupun yang ada di negeri Belanda.

Baik Tjibubur atau Depok adalah daerah “pinggiran” yang memanjang antara Batavia dan Buitenzorg.

Dikenal sebagai daerah perkebunan karet dan hutan ketika era sebelum penjajahan Jepang.

Catatan sejarah tentang Cibubur dan Depok masih sangat terbatas terlebih catatan itu ditulis dengan menggunakan sudut pandang penulisnya.

Sangat minim catatan sejarah yang ditulis oleh penulis selain catatan yang ditulis oleh Wenri Wanhar (2011) berjudul “Gedoran Depok: Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945 – 1955”.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Transjakarta 10B Cipinang Besar Selatan-Kalimalang

Rute Transjakarta 10B Cipinang Besar Selatan-Kalimalang

Megapolitan
Adik Kelas Korban Kecelakaan Bus di Subang Datangi SMK Lingga Kencana: Mereka Teman Main Kami Juga

Adik Kelas Korban Kecelakaan Bus di Subang Datangi SMK Lingga Kencana: Mereka Teman Main Kami Juga

Megapolitan
Orangtua Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang Mendatangi SMK Lingga Kencana

Orangtua Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang Mendatangi SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Megapolitan
Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Megapolitan
Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Megapolitan
Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Megapolitan
Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Megapolitan
Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Megapolitan
Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Megapolitan
Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com