Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecelakaan Truk Bekasi Renggut Nyawa Murid, Orangtua Tuntut Lokasi Gerbang Dimundurkan atau Dipindah

Kompas.com - 01/09/2022, 14:15 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Pihak wali murid menuntut agar lokasi pintu masuk ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Negeri Kota Baru II dan III, Bekasi, dipindah atau dimundurkan pasca kecelakaan maut yang terjadi Rabu (31/8/2022) kemarin.

Diberitakan sebelumnya, truk kontainer menabrak tiang komunikasi di depan SDN Kota Baru II dan III, sejumlah kendaraan, dan halte yang dipenuhi oleh anak sekolah.

"Kami dari pihak wali murid menuntut ada renovasi ulang di sekolahan. Untuk saat ini (lokasi gerbang) terlalu mepet jalan," ujar Mardani (35), ayah dari salah seorang korban tewas, saat ditemui di rumah duka di Kampung Rawa Pasung, RT 002 RW 004 Kota Baru, Bekasi Barat, Kamis (1/9/2022).

Mardani merupakan ayah dari Abdul Muis Al Habsi (10), siswa kelas 5 SDN Kota Baru III yang tewas usai tertabrak truk saat jajan di depan sekolahnya.

Baca juga: Siang Mencekam di Depan SDN Kota Baru, Sejumlah Siswa Dijemput Maut akibat Ditabrak Truk Saat Menunggu Orangtuanya

"Trotoar sejajar dengan jalan. Makanya truk itu bablas," ujar Mardani.

Berdasarkan penuturan Mardani, Camat Bekasi Barat telah menerima keluhan para wali murid tersebut. 

Jika tidak segera dikabulkan, maka para wali murid akan mempertimbangkan untuk  memindahkan anaknya dari SDN Kota Baru II dan III.

"Kalau enggak ada perubahan, kemungkinan kami minta keluar sekolah," kata Mardani.

Jika tidak memungkinkan untuk memundurkan gerbang sekolah, maka Mardani meminta agar akses keluar masuk siswa dipindahkan dari lokasi semula.

"Kami minta diubah, jadi enggak di jalanan. Jadi akses masuk ke dalam. Di permukiman. Kalau di depan bahaya, terlalu riskan," ucap Mardani.

Baca juga: Meninggal di Hari Ulang Tahun, Ini Permintaan Terakhir Naufal Korban Kecelakaan Maut Bekasi yang Tak Terkabul

Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Latif Usman mengatakan, truk nahas itu awalnya hilang kendali hingga masuk ke bahu jalan dan menabrak halte hingga tiang komunikasi.

"(Awalnya) menabrak halte dan orang yang sedang menunggu di halte," kata Latif dilansir dari siaran langsung Kompas TV, Rabu kemarin.

Saat itu, halte di depan SDN Kota Baru II dan III sedang dipenuhi oleh anak yang menunggu jemputan sepulang sekolah.

"Iya memang kebanyakan anak sekolah, karena ini halte SD, lagi berkumpul di halte, tiba-tiba ada kontainer yang nyelonong ke bahu jalan," kata Latif.

Baca juga: Siswa SD Tewas Tertabrak Truk Saat Jajan di Depan Sekolah, Orangtua: Pas Truk Mundur, Saya Langung Lemas

Selanjutnya, truk itu masih terus melaju hingga menabrak tiang tower komunikasi. Tiang itu pun roboh dan menimpa sejumlah kendaraan lain.

Latif menyebutkan, ada 30 orang yang menjadi korban kecelakaan tersebut, 10 di antaranya dilaporkan meninggal dunia.

"Anak sekolah ada 20 orang dan yang sudah meninggal tadi anak sekolahnya ada tujuh orang," kata Latif.

Berdasarkan data terbaru yang Kompas.com himpun di lapangan, jumlah anak-anak yang tewas dalam insiden tersebut adalah empat orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com