Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

49 Anak di Jakarta Derita Gagal Ginjal Akut Misterius, Kapan Orangtua Perlu Waspada?

Kompas.com - 18/10/2022, 16:43 WIB
Zintan Prihatini,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta Ngabila Salama mengungkap beberapa tanda gangguan ginjal akut misterius yang perlu diwaspadai orangtua.

Hal itu disampaikan Ngabila berkait 49 kasus gagal ginjal akut misterius pada anak, yang tercatat Dinkes DKI selama Januari-Oktober 2022.

Dia mengatakan bahwa gejala yang patut diwaspadai ialah gangguan saluran pencernaan seperti nyeri perut, diare, mual, muntah dapat disertai batuk, pilek, dan demam.

Baca juga: Dinkes DKI Ungkap 49 Anak di Jakarta Alami Gagal Ginjal Akut Misterius

Menurut Ngabila, jika demam tidak turun dalam 2-3 hari, dan gejala tidak membaik setelah diberikan obat dokter maka pasien perlu diperiksakan kembali.

"Red flag atau batas kita harus waspada dan hati-hati kalau memang sudah ada gejala awal gangguan ginjal seperti (frekuensi) kencingnya berkurang," ucap Ngabila melalui tayangan Live Instagram @dinkesdki, Selasa (18/10/2022).

Tak hanya frekuensi anak buang air kecil yang lebih jarang, sedikit urine keluar, dan warna urine pekat juga menjadi tanda bahaya.

"Saya rasa kalau sudah bengkak badan, penurunan kesadaran itu sudah terlambat," imbuhnya.

Para orangtua juga diminta untuk memperhatikan apabila anaknya mengalami gejala yang terindikasi gagal ginjal akut misterius, sehingga anak bisa ditangani dengan lebih cepat di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat termasuk puskesmas dan rumah sakit.

Baca juga: Puskesmas di DKI Buka Layanan Pemeriksaan Gagal Ginjal Akut Gratis

"Intinya jangan ragu, ketika anak kita menunjukkan tidak ada tanda-tanda perbaikan langsung bawa ke puskesmas," tutur Ngabila.

Hingga kini, lanjut Ngabila, Dinkes bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menyelidiki penyebab penyakit tersebut.

Kedua instansi berkoordinasi membuat pedoman, yang mudah dipahami masyarakat terkait gangguan ginjal akut misterius. Pasalnya, masih belum diketahui secara pasti penyebab penyakit ini.

"Dari Kemenkes sebenarnya sudah mengeluarkan pedoman juga pertengahan bulan Oktober kemarin, keputusan Dirjen Yankes tentang alur tata laksana dan diagnosis. Artinya jika ditemukan kasus seperti ini, harus dikontrol," terang Ngabila.

Pasien yang diduga mengalami gagal ginjal akut misterius, nantinya bisa diperiksa fungsi darah lengkap, untuk melihat penyebab infeksi.

"Semua puskesmas kecamatan di Jakarta sudah siap 24 jam buka di 44 kecamatan, beberapa puskesmas juga buka untuk layanan laboratoriumnya,"

Setelah diskrining di puskesmas, pasien dengan kondisi tertentu dapat dirujuk ke rumah sakit guna mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com