JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menyebutkan, tidak semua pasien gagal ginjal akut misterius yang dirawat di Jakarta berasal dari Ibu Kota.
"Sebarannya tidak semuanya domisili di Jakarta, 56 persen dari DKI Jakarta," sebut Widyastuti di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (25/10/2022).
Kemudian, 20 persen dari kota-kota daerah penyangga Jakarta di Jawa Barat. Lalu, 12 persen dari kota-kota daerah penyangga di Banten.
"Lainnya dari luar Jabodetabek," kata Widyastuti.
Baca juga: Bertambah Lagi, Kini Ada 90 Kasus Gagal Ginjal Akut Misterius di Jakarta
Dalam sebuah webinar, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes DKI Jakarta Luigi menyampaikan data terperinci terkait asal pasien gagal ginjal akut misterius yang dirawat di Jakarta. Berikut rinciannya:
Adapun berdasarakan data terbaru, ada 90 kasus gagal ginjal akut atipikal di DKI Jakarta per 24 Oktober 2022. Data itu dihimpun sejak Januari 2022.
"Sampai dengan kemarin terlaporkan 90 kasus dengan diagnosa gagal ginjal akut atipikal," ujar Widyastuti.
Baca juga: Kasus Gagal Ginjal Akut di DKI Jakarta Bertambah Menjadi 90, Presentase Meninggal 49 Persen
Widyastuti melanjutkan, dari data tersebut, 49 persen di antaranya meninggal.
"Kemudian sedang dirawat 26, yang survive 15 anak," ujar Widyastuti.
Menurut Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta Ngabila Salama, gejala awal yang dialami pasien mulai dari demam hingga intensitas buang air kecil berkurang.
"Waktu antara ada gejala pertama kali sampai tidak ada kencing sama sekali sekitar 5-9 hari," sebut Ngabila dalam webinar, Sabtu (22/10/2022).
"Dari gejala sampai dengan rawat inap rata-ratanya juga sekitar 5-9 hari," tambah dia.
Baca juga: Dinkes DKI: Kasus Gagal Ginjal Akut di Jakarta Meningkat Tajam 3 Bulan Terakhir
Adapun gejala gagal ginjal akut misterius yang paling banyak dikeluhkan yakni demam, lemas, gangguan saluran pencernaan, muntah akut, penurunan kesadaran.
Kemudian, gejala lainnya yakni mual, kehilangan nafsu makan, gangguan saluran napas, diare akut, nyeri bagian perut, urine seperti teh, bengkak, dan myalgia (nyeri otot).
Ngabila meminta para orangtua mengawasi kondisi anak apabila dalam 10 hari terakhir mengonsumsi obat sirop.
Sebab, obat jenis ini diduga menjadi pemicu penyakit tersebut.
"Artinya ketika anak kita ada yang sudah meminum sirop obat, perlu kita melakukan pemantauan sampai 10 hari sesudah terakhir kali minum sirop obat tersebut," ungkap Ngabila.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.