Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

(Jangan) Belajar Kebajikan dari Kota Depok

Kompas.com - 17/12/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berbicara dengan baik dan fasih adalah seni yang sangat hebat, tetapi yang sama hebatnya adalah mengetahui saat yang tepat untuk berhenti bicara” – Wolfgang Amadeus Mozart (1756 – 1791).

ANDAIKAN saja Wali Kota Depok Mohammad Idris mau menikmati alunan musik klasik selain irama gambus, minimal pahamlah dengan pernyataan komponis kelahiran Austria itu.

Persoalan karut marut penggusuran Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pondok Cina 1, di Jalan Margonda Depok tentu tidak menyita perhatian publik dan hanya membuat gaduh saja.

Lontaran demi lontaran kebijakan publik yang dikeluarkan Wali Kota Idris memang menggugat rasa “kebajikan” dari seorang pemimpin.

Jauh sebelumnya, Depok begitu getol menggegolkan peraturan daerah penyelenggaraan kota relegius, namun akhirnya kandas di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Belum lagi, kebijakan pohon “berbarcode” yang terkesan kebijakan asal “njeplak” dan memalukan serta membuang-buang dana publik saja.

Bermula di Agustus lalu, Idris mulai lantang berbicara ke publik akan membangun masjid raya di Kawasan Margonda berdasar banyaknya permintaan warga yang kesulitan mencari tempat ibadah terutama saat pelaksanaa shalat Jumat.

Permintaan itu disampaikan Idris ke Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersedia membantu pendanaan asalkan pihak Pemerintah Kota Depok harus lebih dulu mempersiapkan lahan pengganti dan mengatasi segala persoalannya.

Pernyataan penegasan Ridwan Kamil itu muncul usai Idris “lempar” tudingan kalau Gubernur Jawa Barat “merestui” penggusuran SDN Pondok Cina 1 pascapublik dan media meramaikan kasus tersebut.

Bisa jadi, memang Idris “sangat paham” atau malah “tidak paham” sama sekali dengan proses ruislag atau asset swap. Dalam bahasa mudahnya, tukar guling.

Artinya, jika lokasi SDN Pondok Cina 1 ingin digusur, tentu harus disediakan lahan pengganti yang memiliki nilai sama.

Harap diketahui, harga tanah per meter persegi di kawasan premium Margonda, Depok– seperti SDN Pondok Cina 1 – sudah berharga fantastis.

Idris berkilah proses penggusuran SDN Pondok Cina 1 tidak mengganggu proses belajar mengajar siswa mengingat dua sekolah masing-masing SDN Pondok Cina 3 dan 5 sudah siap menampung siswa korban penggusuran.

Bahkan Idris mengklaim, rencana penggusuran SDN Pondok Cina 1 sudah melewati kajian lingkungan dan lalu lintas (Suara.com, 15 Desember 2022).

Hanya saja, Idris tidak menggunakan kajian sosial tentang dampak penggusuran SDN Pondok Cina 1. Betapa siswa dan orangtua siswa sangat dirugikan akibat proses pengalihan pembelajaran siswa ke sekolah lain.

Belum lagi, kelas-kelas sekolah pengganti sudah digunakan dan kalaupun dipaksakan siswa SDN Pondok Cina 1 baru bisa menggunakan kelas untuk belajar pada siang hari saja.

Kalau alasan pendirian masjid raya dikaitkan dengan “kurangnya” jumlah tempat ibadah, sebaiknya Wali Kota Depok bisa meminta anak buahnya di kelurahan tempat SDN Pondok Cina 1 bercokol untuk menghitung jumlah masjid yang ada di sekitaran SDN Pondok Cina 1.

Menurut penuturan orangtua siswa-siswi SDN Pondok Cina 1, ada sekitar 10 masjid di sekitaran areal SDN Pondok Cina 1.

Saya yang berkuliah di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (MIPA UI) mulai tahun 1986, Kawasan Pondok Cina dan SDN Pondok Cina 1 bukan tempat yang asing.

Sejak Kampus UI mulai pindah ke Kawasan Depok tahun 1987 dari Salemba dan Rawamangun, Jakarta, Pondok Cina adalah tempat mahasiswa turun dari kendaraan umum untuk menuju Fakultas MIPA dan Kesehatan Masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com