Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemprov DKI Mulai Kaji Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Jadi Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Kompas.com - 21/02/2023, 14:34 WIB
Larissa Huda

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI memulai kajian kelayakan untuk membangun tempat pengolahan sampah menjadi bahan bakar ramah lingkungan di dalam kota.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Asep Kuswanto mengatakan rencana ini sekaligus untuk mengurangi ketergantungan di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang di Bekasi, Jawa Barat.

"Tahun ini kami buat kajian kelayakan (feasibility study). Mudah-mudahan 2024 mulai bisa memilih mitra," kata Asep dilansir dari Antara, Senin (20/2/2023).

Baca juga: Mengenal Cara Kerja Bank Sampah di DKI Jakarta: Mengubah Limbah Rumah Tangga Jadi Rupiah

Selain memilih mitra atau investor pada 2024, Asep berharap tahap konstruksi bisa segera dilakukan setelah ada kajian kelayakan rampung.

Dia menjelaskan salah satu lahan milik Pemprov DKI berpotensi jadi tempat pengolahan sampah menjadi bahan bakar ramah lingkungan itu berada di Rorotan, Jakarta Utara. Adapun luas lahannya sekitar lima hektar.

Adapun bahan bakar ramah lingkungan itu yakni batu bara yang dihasilkan dari proses memanfaatkan sampah lama dan sampah baru.

Nantinya, tempat pengolahan sampah di dalam kota di Jakarta itu, kata dia, ditujukan sebagai tempat pengolahan, bukan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA).

Baca juga: Punya Persoalan Sampah di Lingkungan? Catat 14 Kanal Pengaduan Milik Pemprov DKI

Ia mengharapkan kapasitas pengolahan sampah di Jakarta itu nantinya mampu mengolah sekitar 2.000 ton sampah per hari.

Angka tersebut, kata Asep, sama seperti kapasitas penggalian gunungan sampah (landfill mining) dan pengolahan sampah menjadi bahan bakar (refuse derived fuel/RDF) di TPST Bantargebang.

Asep menargetkan adanya pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu di dalam kota itu dapat mengurangi kiriman sampah ke TPST Bantargebang.

Menurut Asep, sampah ibu kota yang diangkut per harinya ke TPST Bantargebang itu mencapai sekitar 7.500 ton dari Jakarta yang dibawa menggunakan 1.200 truk.

Sebelumnya, Deputi Gubernur DKI Bidang Budaya dan Pariwisata Marullah Matali mengatakan, kalau permasalahan sampah tidak dapat dikendalikan, maka volume sampah di DKI Jakarta akan terus bertambah hingga menjadi 8.000 ton per hari.

Baca juga: Mengenal Konsep Kupilah, Pengelolaan Sampah Mandiri yang Bisa Dilakukan Seluruh Anggota Keluarga

Marullah menambahkan warga Jakarta jumlahnya mencapai sekitar 11 juta dan pada hari kerja atau jam sibuk bisa mencapai 14 juta orang.

"Satu orang saja bisa menghasilkan sampah 0,6-0,7 kilogram sampah. Kalau kami tidak buru-buru melakukan gerakan masif mengendalikan sampah ini, maka bisa saja jumlah 8.000 ton sampah per hari," katanya.

Dari 7.500 ton sampah tersebut, sekitar 50-55 persen atau setara 3.750 ton adalah sampah dan limbah makanan.

Saat ini, Pemprov DKI juga sedang menantikan operasional produksi RDF di TPST Bantargebang yang memasuki tahap uji coba.

Baca juga: Tragedi di Balik Hari Peduli Sampah Nasional, Jangan Sampai Longsor TPA Leuwigajah Terulang Kembali...

Pemprov DKI juga menargetkan 1.000 sampah lama dan 1.000 sampah baru dapat diproduksi menjadi RDF atau bahan bakar alternatif untuk industri semen.

Rencananya, hasil dari produksi tersebut akan diserap oleh dua perusahaan semen Tanah Air untuk menggantikan penggunaan batu bara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com