JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI memulai kajian kelayakan untuk membangun tempat pengolahan sampah menjadi bahan bakar ramah lingkungan di dalam kota.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Asep Kuswanto mengatakan rencana ini sekaligus untuk mengurangi ketergantungan di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang di Bekasi, Jawa Barat.
"Tahun ini kami buat kajian kelayakan (feasibility study). Mudah-mudahan 2024 mulai bisa memilih mitra," kata Asep dilansir dari Antara, Senin (20/2/2023).
Baca juga: Mengenal Cara Kerja Bank Sampah di DKI Jakarta: Mengubah Limbah Rumah Tangga Jadi Rupiah
Selain memilih mitra atau investor pada 2024, Asep berharap tahap konstruksi bisa segera dilakukan setelah ada kajian kelayakan rampung.
Dia menjelaskan salah satu lahan milik Pemprov DKI berpotensi jadi tempat pengolahan sampah menjadi bahan bakar ramah lingkungan itu berada di Rorotan, Jakarta Utara. Adapun luas lahannya sekitar lima hektar.
Adapun bahan bakar ramah lingkungan itu yakni batu bara yang dihasilkan dari proses memanfaatkan sampah lama dan sampah baru.
Nantinya, tempat pengolahan sampah di dalam kota di Jakarta itu, kata dia, ditujukan sebagai tempat pengolahan, bukan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA).
Baca juga: Punya Persoalan Sampah di Lingkungan? Catat 14 Kanal Pengaduan Milik Pemprov DKI
Ia mengharapkan kapasitas pengolahan sampah di Jakarta itu nantinya mampu mengolah sekitar 2.000 ton sampah per hari.
Angka tersebut, kata Asep, sama seperti kapasitas penggalian gunungan sampah (landfill mining) dan pengolahan sampah menjadi bahan bakar (refuse derived fuel/RDF) di TPST Bantargebang.
Asep menargetkan adanya pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu di dalam kota itu dapat mengurangi kiriman sampah ke TPST Bantargebang.
Menurut Asep, sampah ibu kota yang diangkut per harinya ke TPST Bantargebang itu mencapai sekitar 7.500 ton dari Jakarta yang dibawa menggunakan 1.200 truk.
Sebelumnya, Deputi Gubernur DKI Bidang Budaya dan Pariwisata Marullah Matali mengatakan, kalau permasalahan sampah tidak dapat dikendalikan, maka volume sampah di DKI Jakarta akan terus bertambah hingga menjadi 8.000 ton per hari.
Baca juga: Mengenal Konsep Kupilah, Pengelolaan Sampah Mandiri yang Bisa Dilakukan Seluruh Anggota Keluarga
Marullah menambahkan warga Jakarta jumlahnya mencapai sekitar 11 juta dan pada hari kerja atau jam sibuk bisa mencapai 14 juta orang.
"Satu orang saja bisa menghasilkan sampah 0,6-0,7 kilogram sampah. Kalau kami tidak buru-buru melakukan gerakan masif mengendalikan sampah ini, maka bisa saja jumlah 8.000 ton sampah per hari," katanya.
Dari 7.500 ton sampah tersebut, sekitar 50-55 persen atau setara 3.750 ton adalah sampah dan limbah makanan.
Saat ini, Pemprov DKI juga sedang menantikan operasional produksi RDF di TPST Bantargebang yang memasuki tahap uji coba.
Pemprov DKI juga menargetkan 1.000 sampah lama dan 1.000 sampah baru dapat diproduksi menjadi RDF atau bahan bakar alternatif untuk industri semen.
Rencananya, hasil dari produksi tersebut akan diserap oleh dua perusahaan semen Tanah Air untuk menggantikan penggunaan batu bara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.