Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Konsep "Kupilah", Pengelolaan Sampah Mandiri yang Bisa Dilakukan Seluruh Anggota Keluarga

Kompas.com - 21/02/2023, 11:20 WIB
Xena Olivia,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional, Pemerintah Kota Jakarta Pusat mengingatkan pentingnya mengelola dan memilah sampah secara mandiri sebelum dibuang ke tempat pembuangan sampah (TPS).

Hal itu harus dilakukan agar tragedi yang pernah terjadi di TPA Leuwigajah, Cimahi, pada 18 tahun yang lalu tidak terjadi kembali. 

Pada saat itu, TPA Leuwigajah longsor dan menimpa dua kampung hingga hilang. Puluhan jiwa meninggal dunia akibat kejadian itu.

Pemkot Jakpus ingin mencegah hal seperti itu terjadi lagi melalui pemilahan sampah oleh warga.

Baca juga: Melalui Saung Edukasi Kupilah, Warga Jakarta Pusat Diajarkan Memilah Sampah dan Menjualnya

Mengenal konsep "kupilah"

Masyarakat bisa ambil bagian dengan mulai memilah sampah di rumah. 

"Jadi konsep kita 'kan sekarang kupilah—pilih dan olah. Kalau dulu, kupang—kumpul, angkut, buang. Nah, kalau sekarang harus dikurangi dari sumbernya. Dari rumah tangga," kata Pelaksana Tugas Suku Dinas (PLT Sudin) Lingkungan Hidup (LH) Jakarta Pusat Edy Mulyanto, Senin (20/2/2023).

Edy juga mengajak agar seluruh anggota keluarga dapat berpartisipasi dalam pemilahan sampah.

"Rumah tangga ada anggota keluarga. Ada ayah, ibu, anak, asisten rumah tangga. Keempat anggota keluarga ini ayo sama-sama memilah sampah di rumah. Minimal itu. Saya salut kalau generasi muda lebih menonjol di situ," kata dia.

Di TPS 3R Ketapang, Gambir, Jakarta Pusat, masyarakat sekitar dapat melihat langsung pengolahan sampah, baik itu organik maupun anorganik.

Baca juga: TPS Ketapang di Jakpus Punya Saung Edukasi, Warga Bisa Belajar Pisahkan Sampah Organik dan Anorganik

Proses memilah sampah

Berdasarkan Pergub No. 77 Tahun 2020, terdapat empat jenis pengelolaan sampah, yaitu organik, anorganik, B3 (bahan berbahaya dan beracun), serta residu.

Edy menjelaskan bahwa sampah organik adalah yang mudah diurai dan diolah menjadi kompos.

"55 persen sampah yang dihasilkan masyarakat adalah sampah organik. Kompos dibuat dari sampah organik mentah. Organik yang matang, sisa kuliner atau sampah olahan dapur (SOD), diberikan sebagai pakan larva BSF," jelas dia.

Sementara itu, sampah anorganik dimasukkan ke mesin pencacah dan dipilah sebelum dibawa ke Bank Sampah.

Untuk sampah jenis B3, belum bisa diolah di TPS 3R Ketapang. Namun, ada petugas yang bisa menjemput sampah B3 setiap seminggu sekali untuk dibawa ke Cililitan, Jakarta Timur.

Baca juga: Tragedi di Balik Hari Peduli Sampah Nasional, Jangan Sampai Longsor TPA Leuwigajah Terulang Kembali...

"Termasuk e-waste atau electronic waste. Itu bisa kita layani dengan jemput. Contoh misalkan, di rumah tangga kita banyak sisa barang elektronik. Kayak TV atau sisa-sisa komputer," imbuh Edy.

Sisa buangan elektronik tidak boleh dibuang begitu saja sembarangan karena untuk mencegah adanya radiasi yang berbahaya.

Terkait sampah jenis residu, jenis tersebut adalah sampah yang sama sekali tidak bisa diolah lagi, seperti tisu dan puing bangunan yang rusak.

"Residu inilah yang terakhir dibuang ke TPA Bantar Gerbang," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com