JAKARTA, KOMPAS.com - Lutfi (27), salah satu peserta hapus tato, mengatakan bahwa kegiatan menghapus tato membuatnya harus berpikir ulang untuk melakukannya kembali.
"Jadi mikir untuk yang kedua dan ketiga kali karena sakitnya kayak kena api, kayak dibakar,"
kata Lutfi di sela kegiatan hapus tato gratis di Kantor Wali Kota Jakarta Timur, Selasa (4/4/2023).
Adapun proses penghapusan harus dilakukan berulang kali agar tato benar-benar hilang, terutama untuk yang tintanya tebal.
Lutfi menuturkan, penghapusan tato dilakukan menggunakan laser.
Inilah yang membuatnya merasakan sensasi terbakar laiknya ada seseorang yang mengarahkan pemantik api ke kulitnya.
Baca juga: Cerita Warga yang Ikut Hapus Tato Gratis karena Menyesal, Dulu Bertato karena Pergaulan
"Sakitnya kayak kena api, sakit banget. Dibanding sama bikin tato, lebih sakit lima kali lipat yang proses penghapusan," ucap Lutfi.
Usai melalui proses hapus tato, Lutfi diarahkan ke meja berikutnya untuk dioleskan salep.
Menurut Lutfi, salep itu dioleskan untuk mencegah bekas luka bakar.
"Tadi juga dikasih tahu enggak boleh mandi sekitar sehari. Tapi setelah enam atau delapan jam, kain kasa (yang menutupi tato) bisa dilepas," jelas Lutfi.
Baca juga: Hapus Tato Lebih Sakit daripada Saat Ditato, Warga: Rasanya Seperti Diceples Karet
"Dikasih tahu juga penanganan supaya enggak lupa katanya yang penting jangan kena sabun selama tiga hari," imbuh dia.
Kegiatan hapus tato gratis digelar oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) DKI Jakarta yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota Jakarta Timur.
Wali Kota Jakarta Timur M Anwar mengatakan, kegiatan tahun ini merupakan yang ketiga kalinya dilakukan.
"Banyak saudara-saudara yang hijrah dan tidak ingin bertato, mungkin (dulu) pergaulannya kurang baik. Kami enggak lihat suku dan agamanya apa. Warga yang ingin menghapus tato kami terima dengan baik," ujar dia di lokasi.
Baca juga: Kegiatan Hapus Tato Gratis di Kantor Wali Kota Jaktim Akan Tambah Kuota Peserta
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua III Bidang Keuangan Baznas Bazis DKI Jakarta Rini Suprihartanti menuturkan, kegiatan dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat.
Masyarakat yang kurang mampu, atau memang ingin berhijrah, dapat mengikuti kegiatan ini secara gratis.
"Sehingga mereka punya kepercayaan diri dan menjadi terbuka saat ingin beribadah, dan juga mendapat akses kalau mau bekerja," jelas Rini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.