JAKARTA, KOMPAS.com - Rudolf Tobing mencekik Ade Yunia Rizabani alias Icha hingga tewas pada 17 Oktober 2022. Namun, dia mengaku tidak pernah merencanakan pembunuhan tersebut.
Rudolf mengaku mencekik Icha karena panik ketika korban berteriak. Kala itu, Rudolf memeras Icha dengan modus membuat konten podcast di Apartemen Green Pramuka City, Jakarta Pusat.
Tangan dan kaki Icha diikat menggunakan kabel ties sebagai bagian dari adegan konten podcast. Sesaat kemudian, Rudolf pun menjelaskan bahwa konten podcast itu hanyalah cara untuk mengelabui korban agar mau diikat.
“Saya panik. Dengan tangan kanan saya tutup mulutnya, tangan kiri buat cekik. Saya juga sudah tunjukkan ke penyidik ada bekas gigitan di jari tengah saya karena Icha gigit,” kata Rudolf kepada Kompas.com di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (12/4/2023).
Baca juga: Rudolf Tobing: Saya Dijuluki Pelaku Mutilasi di Rutan Salemba, padahal Mayat Icha Utuh...
Rudolf mengaku tidak pernah sekali pun berpikir untuk membunuh ataupun merencanakan membunuh korban.
Karena itu, kepada Kompas.com, Rudolf menegaskan bahwa dia tidak terima didakwa merencanakan pembunuhan Icha.
“Saya bersalah dan saya (mau) bertanggung jawab, tapi saya tidak pernah sedetik pun merencanakan pembunuhan Icha,” ujar Rudolf.
Sebelum mencekik Icha sampai tewas, Rudolf memaksa korban untuk mentransfer uang sebesar Rp 19,5 juta.
Keesokan harinya, Rudolf juga mentransfer melalui ATM Bank Mandiri dari rekening Icha ke rekening miliknya sebesar Rp 11,2 juta.
Baca juga: Ini Alasan Rudolf Tobing Tersenyum ke Arah Kamera CCTV Lift Usai Bunuh Icha
Rudolf mengatakan, uang pemerasan itu adalah modal untuk menculik seorang pria berinisial H, temannya dan Icha.
“Saya ada masalah dengan H. Saya akumulasi uang untuk bayar orang culik H. Lalu, saya pikir juga harus mengungsikan anak dan istri saya,” kata Rudolf.
“Memang saya ada rencana untuk membunuh H, tapi saya maunya dengan diri sendiri. Jadi bayar orang bukan untuk bunuh H, tapi untuk menculiknya saja,” sambung dia.
Selain itu, Rudolf mengaku bingung harus berbuat apa seusai membunuh kawannya tersebut.
“Waktu saya mau buang mayat itu juga saya bingung. Saya mau gimana? Otak saya kebagi dua. Saya harus buang ke Kalimalang atau di pinggir jalan?” ujar dia.
Pada saat itu, Rudolf mengaku takut ketahuan apabila membuang jasad Icha di pinggir jalan.