Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Keinginan Kuat Alka untuk Bersekolah Terkendala Biaya dan Berkas…

Kompas.com - 14/04/2023, 04:49 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak seperti teman sebayanya yang sudah mengenyam pendidikan di sekolah, Alka Rataja (8) hanya bisa belajar dari sebuah bilik kecil di pos pengamanan, kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Ayah Alka, Abdullah, yang merupakan seorang petugas keamanan di sebuah kafe berujar bahwa ia tidak memiliki cukup uang untuk menyekolahkan sang anak.

Untuk tempat tinggal saja, mereka masih menumpang di pos keamanan tempat ia bekerja.

Ayah dan anak itu menempati ruang kecil di bawah tangga atas persetujuan pemilik.

Baca juga: Pesan Ibu yang Anaknya Pernah Stunting: Ikuti Saran Dokter dan Jangan Dengar Cibiran Tetangga

Perasaan sedih, kalut, dan tak berdaya kerap merundung Abdullah karena ia belum bisa mewujudkan mimpi anaknya untuk bersekolah.

Selain terkendala biaya, Abdullah belum bisa menyekolahkan anaknya karena Alka belum memiliki dokumen catatan kependudukan yang lengkap.

Abdullah hingga kini belum tercatat secara resmi sudah menikah, sehingga Alka tidak bisa memiliki akta kelahiran.

Akta kelahiran adalah salah satu dokumen yang diperlukan bagi seorang anak untuk mendaftar ke sekolah.

Ibu Alka memilih pergi sejak Alka masih berusia satu tahun. Kini, Abdullah merangkap peran sebagai seorang ayah sekaligus ibu.

Baca juga: Ragam Perjuangan Orang Tua Bebaskan Anaknya dari Ancaman Stunting...

"Saya ingin memperjuangkan anak saya biar sekolah. Biar masa depannya cerah, tidak seperti saya. Dia (Alka) yang saya perjuangkan untuk bersekolah. Keinginan belajar dia kuat," tuturnya.

Meski belum bersekolah, Abdullah berupaya memastikan agar buah hatinya mendapat akses pendidikan dengan cara mengajari Alka belajar membaca, berhitung, hingga mengaji.

Untuk belajar membaca dan menulis, Alka hanya menggunakan selebaran pendidikan yang diberikan Abdullah.

Sementara untuk berhitung Alka hanya menggunakan secarik kertas.

"Dari usia lima tahun sudah saya ajari belajar membaca, menulis, berhitung. Saya kasih PR (pekerjaan rumah) juga. Setiap hari pasti belajar, minimal 30 menit sampai satu jam," sambung Abdullah, dilansir dari TribunJakarta.com.

Kini Abdullah dan Alka hanya bisa berharap adanya bantuan dari Pemprov DKI Jakarta, Pemkot Jakarta Timur, atau pihak lainnya yang dapat membantu Alka agar dapat bersekolah.

(Penulis: Bima Putra | Editor: Jaisy Rahman Tohir)

??Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Tolong! Anak 8 Tahun di Jakarta Timur Ini Ingin Sekolah Tapi Terkendala Biaya dan Berkas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com