Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

HUT Ke-496 DKI Jakarta, Macet Masih Jadi "Kawan" Setia

Kompas.com - 22/06/2023, 07:05 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemacetan lalu lintas masih menjadi momok bagi para pekerja di Jakarta hampir setiap hari. Terjebak berjam-jam di jalanan sudah jadi biasa.

Target memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum belum berhasil meski jumlah armada dan cakupan layanan Transjakarta semakin meningkat setiap tahunnya.

Menurut Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno, sejumlah kebijakan untuk mengurai kemacetan masih terus menghadapi kendala.

Baca juga: Tidak Ada Kado Istimewa di HUT ke-496 DKI Jakarta

"Beberapa solusi yang diterapkan belum efektif. Kebijakan three in one hingga ganjil genap tidak memberikan solusi yang mujarab," ucap Djoko dalam penjelasannya kepada Kompas.com, dikutip pada Kamis (22/6/2023).

Djoko mengungkit soal pelarangan penggunaan sepeda motor pada 2017. Pada 2018, Mahkamah Agung (MA) justru memutuskan mencabut larangan sepeda motor melintas di Jalan MH Thamrin hingga Merdeka Barat berdasarkan prinsip hak asasi.

Selain itu, jalur sepeda yang dibangun dengan harapan akan makin banyak digunakan warga di Jakarta untuk jarak dekat juga gagal.

"Bisnis penyewaan sepeda (bike sharing) tidak berhasil dan perlu dievaluasi. Banyak onggokan sepeda yang terlihat rusak di beberapa lokasi," kata dia.

Baca juga: Soal Penerapan ERP, Produser Anggia Kharisma Minta Berkaca dari Ganjil-Genap: Macet Mah Macet Aja

Terakhir, kebijakan jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP) juga tertunda akibat sudah mendekati tahun politik. Ada kekhawatiran anggota dewan tidak terpilih karena kebijakan tidak memihak calon pemilihnya.

"Padahal, ERP dinilai mampu mengurangi kemacetan lalu lintas, mempersingkat waku tempuh, meningkatkan keselamatan lalu lintas dan merubah perilaku masyarakat dalam berlalu lintas," kata dia.

Tak bisa sendirian

Kendati demikian, Djoko berujar, Jakarta tak bisa berjalan sendirian karena salah satu penyebab macet masih jadi "kawan" setia adalah perbaikan layanan angkutan umum di Ibu Kota tidak diikuti oleh daerah penyangganya.

"Baru dua daerah yang memiliki angkutan umum, yakni Kota Bogor (Bus Trans Pakuan) dan Kota Tangerang (Bus Tayo)," ucap Djoko.

Baca juga: Terjebak Macet Seharian di Jalan Akses Marunda gara-gara Aspal Ambles...

Menurut Djoko, Jakarta tidak akan bisa sendirian atasi kemacetannya. Kota Jakarta butuh mitra pendukung untuk berani melakukan kebijakan push strategy.

"Apalagi, masyarakat yang beraktivitas di Jakarta tidak hanya warga Jakarta, namun warga Bodetabek sebagai daerah penyangga Ibukota Jakarta," kata Djoko.

Ia mengungkapkan, pertumbuhan penduduk yang pesat di Jakarta menjadi dua kali lipat dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun. Di samping itu, lebih dari 60 persen penduduk bergantung pada kendaraan pribadi.

Untuk mengurai kemacetan yang disumbang dari wilayah penyangga, kata dia, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat berkoordinasi dengan wilayah penyangga melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).

Halaman:


Terkini Lainnya

Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Megapolitan
Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Megapolitan
Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Megapolitan
74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Megapolitan
Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com