Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transportasi Publik di Jakarta Dipuji, tapi Masih Perlu Perbaikan

Kompas.com - 28/06/2023, 08:31 WIB
Nabilla Ramadhian,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang warga Cakung, Jakarta Timur, Satria (26), menyebut transportasi publik di Jakarta patut diacungi jempol.

Menurut dia, saat ini sebagian besar transportasi publik di Ibu Kota cenderung lebih ramah lingkungan.

"Dulu waktu saya kecil, transportasi umum kayak (bus) kopaja gitu ngeluarin banyak asap hitam. Sekarang enggak kayak dulu (mengganggu)," kata dia di RPTRA Komarudin, Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (27/6/2023).

Baca juga: Sejumlah PR Transjakarta di Tengah Cita-cita Berantas Macet dengan Transportasi Umum

Satria menuturkan, langkah Pemprov DKI Jakarta yang mendukung transportasi ramah lingkungan sudah tepat.

Sebab, saat ini Transjakarta pun sudah menggunakan bus listrik.

Ada pula perusahaan transportasi swasta yang menawarkan penyewaan sepeda motor listrik kepada para pengemudinya.

"Polusi di Jakarta berkaitan sama transportasi umum (yang tidak ramah lingkungan), kayak dulu kopaja yang asapnya hitam itu," kata Satria.

Masih belum cukup

Saat ini, transportasi publik di Jakarta memang sudah lebih nyaman dan menjangkau permukiman warga.

Untuk Jaklingko, misalnya, titik pemberhentiannya tidak hanya di jalan raya saja, tetapi juga jalanan perumahan.

Terkait kenyamanan, Satria mencontohkan KRL yang saat ini gerbongnya lebih bersih.

"KRL sekarang lebih nyaman karena sudah enggak ada pedagang asongan di dalam gerbong," jelas Satria.

Baca juga: Pemprov DKI Diminta Perluas Jangkauan Transportasi Umum hingga ke Permukiman

"Sekarang transportasi umum di Jakarta memang lebih nyaman, cuma kurang berpengaruh untuk mengatasi macet. Kemacetan enggak ada yang berubah," imbuh dia.

Dalam rangka HUT ke-496 DKI Jakarta, Satria berharap agar Pemprov DKI Jakarta terus membenahi transportasi publik di Ibu Kota.

Jika ada kendaraan yang sudah tidak memadai, seperti pintu mobil atau bus yang tidak bisa ditutup rapat, segera diperbaiki.

Sebab, rasa aman dan nyaman yang ditawarkan transportasi publik dapat menggaet minat masyarakat untuk meninggalkan kendaraan pribadi saat bepergian.

Dengan kata lain, transportasi publik dapat membantu mengatasi kemacetan di Jakarta.

"Kemacetan tetap jadi masalah yang diprioritaskan untuk cepat diselesaikan. Untuk mengatasi macet, transportasi publik diperbanyak rute dan armadanya," jelas Satria.

"Kuncinya balik lagi ke transportasi publik yang lebih aman dan nyaman. Kalau sudah begitu, dan rute dan armadanya lebih banyak, orang pakai kendaraan pribadi jadi berkurang," sambung dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Megapolitan
PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

Megapolitan
Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Megapolitan
Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Megapolitan
Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin 'Nganggur'

Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin "Nganggur"

Megapolitan
Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Megapolitan
Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Megapolitan
Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Megapolitan
Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Megapolitan
Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com