JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah dinilai harus benar-benar serius mengendalikan emisi yang dihasilkan pembangkit listrik dan industri di sekitar Jakarta.
Hal ini perlu dilakukan lantaran kualitas udara di Jakarta secara konsisten menempati posisi kota dengan polusi udara terparah di dunia beberapa waktu terakhir.
Kepala Divisi Pengendali Lingkungan Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) Fajri Fadhillah mengingatkan, pemerintah jangan hanya berfokus pada emisi dari kendaraan bermotor.
Baca juga: Heru Budi Akan Kaji Usulan Menhub soal Penerapan 4 in 1 untuk Atasi Polusi Udara
"Kalau hanya fokus pada kendaraan bermotor, perbaikannya dominan pada parameter pencemar CO (karbon monoksida), NO2 (nitrogen dioksida), dan PM2.5," ucap Fajri kepada Kompas.com, Selasa (15/8/2023).
Jika penanganan polusi hanya gencar pada pengurangan emisi dari kendaraan bermotor maka senyawa sulfur dioksida (SO2) yang dihasilkan pembangkit listrik dan industri akan tetap ada.
Padahal, SO yang berinteraksi dengan nitrogen di atmosfer akhirnya akan membentuk secondary PM 2.5 atau partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron.
Di sisi lain, kata Fajri, pengendalian emisi dari sumber tidak bergerak seperti industri dan pembangkit listrik jauh lebih mudah karena jumlahnya lebih sedikit dibanding kendaraan bermotor.
Selain itu, Fajri yakin, mengendalikan kendaraan bermotor relatif lebih sulit.
Menurut dia, transisi pengguna kendaraan pribadi ke transportasi publik cenderung sulit melihat layanan transportasi publik juga masih belum memadai.
"Jadi lebih baik pengendalian pencemaran udara tidak dibatasi hanya pada kendaraa bermotor saja kalau menurut saya," ucap Fajri.
Setidaknya ada 16 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara yang berada tak jauh dari Jakarta. Menurut sebarannya, sebanyak 10 PLTU berlokasi di Banten, sedangkan enam PLTU di Jawa Barat.
Baca juga: BRIN Kaji Penyebab Fenomena Polusi Udara di Jabodetabek
Di sisi lain, berdasarkan studi oleh lembaga riset Center for Research of Energy and Clean Air (CREA), ada sekitar seratus fasilitas industri yang beroperasi di Jawa Barat dan Banten.
Meskipun wilayah Jakarta belum dipastikan sebagai penerima emisi terbesar dari industri dan pembangkit listrik itu, polusi udara sudah parah akibat sumbangan emisi dari kendaraan bermotor.
Menurut Fajri, kontribusi nitrogen dioksida dan karbon monoksida dari kendaraan bermotor memang cukup tinggi, yaitu 90 persen.
Namun, kata Fajri, hal penting yang perlu disoroti bahwa industri dan pembangkit listrik itu merupakan kontributor utama untuk sulfur dioksida.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.