BEKASI, KOMPAS.com - Euis Puspita Awalia, salah seorang warga yang berada di lokasi bentrokan antar-organisasi masyarakat (ormas), Jalan Raya Setu-Bantargebang, menceritakan soal mencekamnya situasi ketika bentrok terjadi, Rabu (20/9/2023) malam.
Ia mengatakan, saat itu banyak bunyi suara ambulans dan polisi yang mondar-mandir.
"Itu ambulans lewat, mobil polisi, brimob. Sirene-sirene yang sangat mencekam malam itu," jelas Euis kepada wartawan, Kamis malam.
Euis bercerita, bentrokan terjadi sejak Rabu sore. Namun, ia mengira bentrokan selesai malam harinya.
Karena itu, ia bersama tiga anak dan suaminya berangkat ke sebuah restoran cepat saji.
Baca juga: Satu Pria Tewas dalam Bentrokan Ormas di Bekasi
Namun, tak lama beberapa lama setelah Euis dan keluarganya makan di sana, bentrokan kembali terjadi.
"Tiba-tiba di luar ada kemacetan luar biasa di situ. Kami tahu sebelumnya kalau bentrokan itu sudah terjadi sore hari di pertigaan Setu. Dipikir kami sudah selesai, tahunya mereka melanjutkan," jelas Euis.
"Nah dari situ, kami sama pengunjung yang lain, akhirnya berinisiatif enggak boleh keluar. Walaupun sudah selesai makan, ya kami di dalam," imbuh dia.
Situasi yang mencekam membuat perempuan dan anak-anak diminta untuk masuk ke ruangan yang lebih aman. Sementara itu para pria berjaga dan sesekali ke luar untuk memantau situasi.
Tak berselang lama, para pria masuk ke dalam karena mata mereka perih akibat gas air mata.
"Sejak di situ memang sudah tercium juga ke dalam. Sudah tercium, sesak juga di situ," tutur dia.
Baca juga: Polisi Tangkap 39 Orang Buntut Kericuhan Antarormas di Bekasi
Euis mengatakan, efek gas air mata itu pun juga dirasakan anak-anak di dalam restoran itu.
"Saya pribadi merasakan, suami, anak-anak juga merasakan adanya gas air mata," imbuh Euis.
Setelah kurang lebih satu jam di dalam dan situasi mulai kondusif, ia memutuskan untuk pulang.
Adapun bentrokan ormas pecah di Jalan Raya Setu-Bantargebang, Kota Bekasi, pada Rabu malam.