JAKARTA, KOMPAS.com - Teror dari pria yang gemar memamerkan alat kelaminnya di tempat umum semakin marak. Kelakuan cabul ini dikenal sebagai ekshibisionisme.
Gangguan ekshibisionisme adalah penyakit gangguan mental di mana seseorang menampilkan alat kelaminnya pada orang asing tanpa persetujuan.
Teranyar, seorang remaja pria di Depok, Jawa Barat, tak malu memamerkan alat kelaminnya pada perempuan yang ia temui di jalan.
Baca juga: Teror Pria Pamer Alat Kelamin Makin Marak, Ini Sederet Kasusnya
Berdasarkan pengakuan pelaku berinisial ARF (18), hasrat itu muncul lantaran ia suka menonton film berbau pornografi. Ditambah lagi, ARF tak ada aktivitas lain.
"Awalnya cuma gabut-gabut saja sih, habis itu kepikiran. Karena menganggur kan jadi bosan, akhirnya saya melakukan hal itu," ujar ARF, di Mapolres Metro Depok, Senin (20/11/2023).
Kepada polisi, ARF juga mengatakan sangat bernafsu melihat punggung perempuan. Target ARF adalah wanita yang berjalan sendirian ketika situasi jalan sedang sepi.
Menurut ahli psikologi forensik, Kasandra Putranto, perilaku menyimpang yang semakin marak terjadi dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Salah satunya, kata Kasandra, perilaku tersebut didorong oleh faktor genetik berupa dorongan seksual yang tinggi yang tak terkendali.
Baca juga: Tak Punya Pekerjaan, Pemuda Ini Mengaku Gabut Keliling Depok untuk Pamer Alat Kelamin ke Perempuan
"Dorongan seksual yang tidak diiringi dengan kemampuan untuk mengendalikan dorongan dari dalam diri dan keterampilan sosial yang cukup memadai," ucap Kasandra kepada Kompas.com, Selasa (21/11/2023).
Kemudian, Kasandra menilai, faktor pola asuh juga bisa berdampak kepada perkembangan profil psikologis seseorang dengan kebutuhan yang tinggi untuk menampilkan diri secara seksual.
"Selain faktor narsisme, kebutuhan akan validasi sosial, atau masalah kepercayaan diri yang rendah," ujar dia lagi.
Di sisi lain, Kasandra tak menampik ekshibisionis ini merupakan dampak pornografi yang berasal dari paparan media sosial. Hal ini membuat sering terjadi pergeseran nilai norma sosial dan budaya.
"Selain itu, ada keterbatasan pendidikan seksual yang minim informasi tentang batasan perilaku seksual yang tepat," kata dia.
Baca juga: Ulah Cabul Pemuda di Depok: Pamer Alat Kelamin ke Belasan Perempuan gara-gara Kecanduan Film Porno
Faktor lingkungan sosial dan keluarga yang gagal, kata dia, dapat mempromosikan atau justru mengabaikan batasan perilaku seksual yang sesuai norma juga turut mendorong perilaku menyimpang ini.
"Selain itu, kemajuan teknologi yang memberikan kesempatan untuk melakukan perilaku menyimpang secara online," ucap Kasandra.