JAKARTA, KOMPAS.com - Nurhana (38), Bagas (28), dan Fahrurozi (31) tengah berbincang di sebuah warung kelontong yang berada di salah satu sudut tempat mereka kerja di daerah Semper Timur, Cilincing, Jakarta Utara.
Duduk di atas dipan berbahan kayu setinggi 100 sentimeter dengan suasana ruangan yang minim cahaya, mereka bertukar kabar tentang keseharian menjadi seorang sopir truk kontainer.
Ketiganya saling berhadap-hadapan dan badannya bersandar di tembok semen tanpa acian. Sambil menyeruput kopi hitam, asap putih dari isapan rokok mengepul di depan wajah lelah mereka.
Suasana Rabu (10/1/2023) sehabis hujan saat menjelang matahari terbenam di kawasan tempat mereka bekerja sangat sibuk.
Suara deru mesin truk kontainer nyaring terdengar setelah melakukan perjalanan panjang saat memasuki area tempat ketiganya mencari nafkah.
Berdasarkan pengalaman, Tomang yang masuk dalam wilayah administrasi Jakarta Barat itu menjadi momok yang menyeramkan bagi Nurhana.
Saat matahari sudah terbenam dari ufuk barat dan aktivitas masyarakat mulai minim saat dini hari, sekelompok orang berdiri di pinggir jalan dan berada di beberapa titik.
Mereka menyebutnya dengan istilah anak “Asmoro”. Kegiatannya meminta uang secara paksa atau memalak para sopir truk kontainer yang sedang melintas dengan kecepatan lambat.
“Yang harus diperketat itu ya di Tomang. Truk enggak kuat nanjak (jembatan layang) kalau ada muatan, makanya lewat bawah. Tapi, kalau lewat bawah, ada anak Asmoro yang minta. Beberapa hari lalu saya kena,” keluh Nurhana, kepada Kompas.com, Rabu.
Baca juga: Bocah yang Dicabuli Ayah Tiri di Jaksel Belum Masuk Sekolah Lagi, Ini Alasannya
“Mintanya Rp 10.000. Saya kasih Rp 1.000, enggak mau dia, dibuang (uangnya). Eh ngotot, katanya, ‘dapat apa Rp 1.000?’. Mau ngajak ribut saya,” lanjut dia.
Nurhana langsung dikerumuni anak-anak Asmoro. Salah satu dari komplotan memaksa masuk ruang kemudi dari pintu sebelah kiri.
Tanpa basa-basi, mereka merampas benda-benda yang sekiranya berharga. Hal tersebut dilakukan komplotan Asmoro karena Nurhana dianggap melawan atau banyak bicara.
“(Yang dirampas sama mereka) Yang kelihatan saja di dalam kursi kemudi. Terkadang, nyawa kami juga terancam. (Mereka todong) pakai pisau kecil,” timpal Fahrurozi.
Beruntung, nyawa dan barang-barang Nurhana tertolong dengan warga setempat yang kebetulan ada di sekitar tempat kejadian perkara (TKP). Kaca depan truk kontainer juga tidak dipecahkan seperti yang sudah-sudah.
Baca juga: Fakta Penganiayaan oleh Oknum TNI, Anak Ketua DPRD Boyolali Juga Jadi Korban
“Banyak orang juga terkadang pada enggak mau nolongin, cuek-cuek. Soalnya pada takut (sama anak Asmoro),” ucap Bagas.