Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lika-liku Keseharian Sopir Truk Kontainer, Bertaruh Nyawa di Jalan Tanpa Asuransi Kesehatan

Kompas.com - 11/01/2024, 09:32 WIB
Baharudin Al Farisi,
Jessi Carina

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Nurhana (38), Bagas (28), dan Fahrurozi (31) tengah berbincang di sebuah warung kelontong yang berada di salah satu sudut tempat mereka kerja di daerah Semper Timur, Cilincing, Jakarta Utara.

Duduk di atas dipan berbahan kayu setinggi 100 sentimeter dengan suasana ruangan yang minim cahaya, mereka bertukar kabar tentang keseharian menjadi seorang sopir truk kontainer.

Ketiganya saling berhadap-hadapan dan badannya bersandar di tembok semen tanpa acian. Sambil menyeruput kopi hitam, asap putih dari isapan rokok mengepul di depan wajah lelah mereka.

Suasana Rabu (10/1/2023) sehabis hujan saat menjelang matahari terbenam di kawasan tempat mereka bekerja sangat sibuk.

Baca juga: Ada Warga Ikut-ikutan Tangkap Saipul Jamil, IPW: Polisi Harusnya Mencegah, Tidak Boleh Melibatkan Masyarakat

Suara deru mesin truk kontainer nyaring terdengar setelah melakukan perjalanan panjang saat memasuki area tempat ketiganya mencari nafkah.

Bertaruh nyawa hadapi pungli

Berdasarkan pengalaman, Tomang yang masuk dalam wilayah administrasi Jakarta Barat itu menjadi momok yang menyeramkan bagi Nurhana.

Saat matahari sudah terbenam dari ufuk barat dan aktivitas masyarakat mulai minim saat dini hari, sekelompok orang berdiri di pinggir jalan dan berada di beberapa titik.

Mereka menyebutnya dengan istilah anak “Asmoro”. Kegiatannya meminta uang secara paksa atau memalak para sopir truk kontainer yang sedang melintas dengan kecepatan lambat.

“Yang harus diperketat itu ya di Tomang. Truk enggak kuat nanjak (jembatan layang) kalau ada muatan, makanya lewat bawah. Tapi, kalau lewat bawah, ada anak Asmoro yang minta. Beberapa hari lalu saya kena,” keluh Nurhana, kepada Kompas.com, Rabu.

Baca juga: Bocah yang Dicabuli Ayah Tiri di Jaksel Belum Masuk Sekolah Lagi, Ini Alasannya

“Mintanya Rp 10.000. Saya kasih Rp 1.000, enggak mau dia, dibuang (uangnya). Eh ngotot, katanya, ‘dapat apa Rp 1.000?’. Mau ngajak ribut saya,” lanjut dia.

Nurhana langsung dikerumuni anak-anak Asmoro. Salah satu dari komplotan memaksa masuk ruang kemudi dari pintu sebelah kiri.

Tanpa basa-basi, mereka merampas benda-benda yang sekiranya berharga. Hal tersebut dilakukan komplotan Asmoro karena Nurhana dianggap melawan atau banyak bicara.

“(Yang dirampas sama mereka) Yang kelihatan saja di dalam kursi kemudi. Terkadang, nyawa kami juga terancam. (Mereka todong) pakai pisau kecil,” timpal Fahrurozi.

Beruntung, nyawa dan barang-barang Nurhana tertolong dengan warga setempat yang kebetulan ada di sekitar tempat kejadian perkara (TKP). Kaca depan truk kontainer juga tidak dipecahkan seperti yang sudah-sudah.

Baca juga: Fakta Penganiayaan oleh Oknum TNI, Anak Ketua DPRD Boyolali Juga Jadi Korban

“Banyak orang juga terkadang pada enggak mau nolongin, cuek-cuek. Soalnya pada takut (sama anak Asmoro),” ucap Bagas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com