“Sistemnya di sini sudah ada antrean. Kadang-kadang, kalau ramai, bisa sampai Rp 5 juta,” tambahnya.
Dalam menjalani pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa, rupanya para sopir truk kontainer ini mengaku tidak memiliki asuransi kesehatan.
“Enggak ada (asuransi kesehatan). Soalnya kami kan mitra, bukan karyawan,” jawab Nurhana.
Namun, Fahrurozi mengatakan, bagi para sopir kontainer yang tergabung ke dalam serikat atau paguyuban, kemungkinan besar akan mendapatkannya.
“(Kami) Enggak (tergabung ke dalam serikat), soalnya enggak kompak. Pada sendiri-sendiri,” ucap Fahrurozi.
Terlepas dari keterbatasan tersebut, mereka tetap bersyukur kepada Tuhan karena masih memberikan rezeki untuk menghidupi keluarga di kampung halaman.
“Kalau kita enggak bersyukur, ya enggak bakalan cukup,” pungkas Fahrurozi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.