JAKARTA, KOMPAS.com - Keberadaan Meriam Si Jagur atau Meriam Ki Jagur di Kota Tua, Jakarta Barat, mendapat kritik dari pengguna TikTok @muhammadlutfifuad.
Dalam sebuah video viral yang dibagikan oleh akun tersebut, perekam video mempertanyakan arti dari bentuk Meriam Si Jagur.
Seperti diketahui, Meriam Si Jagur memiliki bentuk jempol terjepit, yakni sebuah tangan yang sedang mengepal sambil menyelipkan ibu jari di sela telunjuk dan jari tengah. Bentuk inilah yang membuat Meriam Si Jagur terkesan mesum.
""Pak Gubernur, tolong jelaskan. Di sini banyak anak-anak loh, di sini banyak anak-anak. Ini Kota Tua, ya. Tolong banget ini gambar apa, ya?" tanya sang perekam video sambil menunjuk ke arah meriam.
Baca juga: Viral Video Pria Pertanyakan Makna Simbol Jempol Terjepit di Bonggol Meriam Si Jagur Kota Tua
"Ini kalau partai nomor 1 enggak begini, nomor 2 juga enggak begini. Nomor 3 pun enggak kayak gini. Ini nomor berapa, ya? Kalian lihat, banyak anak kecil, lho. Enggak etis banget, lho. Ini enggak bisa diganti, gitu? Nomor 4, gitu? Astaghfirullah," lanjut dia.
Kepala Unit Pengelola Museum Kesejarahan Jakarta Esti Utami mengatakan, arti bentuk jempol terjepit dalam tampilan Meriam Si Jagur disebut mano fico atau mano figa.
Menurut bangsa Portugis, gestur itu merupakan simbol untuk menolak atau menangkal kejahatan.
"Arti dari simbol ini sebenarnya nasib baik atau keberuntungan bagi masyarakat Portugis. Meriam ini merupakan alat atau senjata untuk mengamankan dari serangan musuh, (simbol ini) diterapkan sehingga berarti nasib baik atau keberuntungan," jelas Esti kepada Kompas.com melalui telepon, Kamis (8/2/2024).
Sementara itu, bagi Bangsa Belanda konon gestur itu berarti kesuburan atau seksualitas.
Baca juga: Mengenal Meriam Si Jagur, Berbonggol Jempol Terjepit yang Lambangkan Nasib Baik
"Mungkin itu sebabnya masyarakat kita punya persepsi (mesum) itu," ucap dia.
Terkait video yang viral, Esti mengatakan, sang perekam sebetulnya bisa bertanya kepada pemandu museum di lokasi.
"Kalau ada pertanyaan lebih lanjut, bisa ditanyakan ke teman-teman guide kami. (Mereka) bisa menjelaskan arti sebenarnya dari persepsi (seksual) itu," kata Esti.
Esti berpendapat, setiap koleksi peninggalan bersejarah memiliki cerita tersendiri. Sejarah itulah yang sebaiknya diketahui oleh masyarakat.
"Saya pikir sebenarnya enggak apa-apa (diletakkan di Taman Fatahillah). Setidaknya, (pengunjung bisa) mendapatkan informasi yang benar," tutur dia.
Baca juga: Menengok Kamar Pangeran Diponegoro di Museum Fatahillah
Meski begitu, Esti mengakui kelalaian pihaknya dengan tidak memajang label informasi soal sejarah Meriam Si Jagur di lokasi.