JAKARTA, KOMPAS.com - Rektor Universitas Pancasila ETH (72) mengungkap, dirinya malu untuk bertemu banyak orang imbas kasus dugaan pelecehan seksual yang menyeret namanya.
“Selama saya mengabdi di dunia pendidikan, baru sekali ini saya dihina. Saya sangat malu di depan semua orang,” ujar dia saat jumpa pers di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (29/2/2024).
Saking malunya, ETH bahkan sengaja menggunakan topi ketika bertemu wartawan.
Pantauan Kompas.com di lokasi, rektor yang telah menjabat selama 13 tahun itu mengenakan topi berwarna hitam.
Topi itu dikenakan ETH sejak tiba di lokasi jumpa pers hingga acara berakhir.
“Saya sangat malu, makanya saya menggunakan topi,” tutur dia.
ETH mengaku, penderitaan ini telah dirasakannya selama dua bulan terakhir.
Menurut dia, pembunuhan karakter hingga cacian kerap dilontarkan kepadanya selama periode tersebut.
“Selama dua bulan ini saya mendapat hinaan, cercaan, tuduhan yang sangat tidak beretika, dan itu tentunya tidak saya lakukan sama sekali,” ungkap dia.
ETH menilai, tuduhan tak berdasar yang diarahkan kepada dirinya memiliki keterkaitan dengan pemilihan rektor Universitas Pancasila yang bakal segera diselenggarakan.
Ia merasa dijadikan sasaran oleh oknum yang memiliki kepentingan dalam kontestasi tersebut.
“Tetapi memang saya menjadi sasaran utama untuk kegiatan ini. yaitu kegiatan yang sedang berjalan di Universitas Pancasila, yakni pemilihan rektor,” imbuh dia.
Sebagai informasi, Rektor Universitas Pancasila ETH Toet Hendratno diduga melakukan pelecehan terhadap dua staf kampus, RZ dan D.
Dugaan pelecehan seksual yang dialami RZ terjadi setahun lalu, yaitu pada Februari 2023. Pada bulan yang sama saat RZ dimutasi ke pascasarjana Universitas Pancasila.
Sementara, dugaan pelecehan seksual yang dialami D terjadi sekitar Desember 2023.