JAKARTA, KOMPAS.com - Aditya, pedagang bakso keliling, mengakui betapa susahnya hidup di Jakarta.
Ia merantau dari Sukabumi, Jawa Barat, ke ibu kota sejak berusia 18 tahun. Tepatnya setelah sang ayah meninggal dunia.
Menurut dia, agar bisa bertahan hidup di Jakarta, yang terpenting memiliki perilaku yang baik.
Baca juga: Jadi Penjual Bakso di Jakarta, Aditya: Saya Dicap sebagai Anak Gagal
"Hidup di Jakarta susah, harus punya etika, dan sopan santun," kata Aditya yang ditemui saat berjualan di dekat Balai Kartini, Jakarta Selatan, Minggu (3/3/2024).
Sebelum ayah Aditya meninggal, kedua orangtuanya memang sudah bercerai.
Ia memilih tinggal bersama sang ayah, sementara ibunya yang merupakan pengusaha warteg tinggal bersama keluarga barunya di Tegal, Jawa Tengah.
Aditya berhenti sekolah saat duduk di bangku kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA).
Awal merantau ke Jakarta, Aditya bekerja sebagai penjaga warung ayam penyet.
"Saya dulu awalnya, kerja di orang Madura dan bekerja sebagai penjaga ayam penyet," ucap dia.
Setelah 1,5 tahun di Jakarta, Aditya ditawarkan untuk menjadi pedagang bakso keliling oleh temannya.
Baca juga: Alasan Supriyadi Merantau ke Jakarta: Barang Bekas Pun Bisa Jadi Duit
Tanpa pikir panjang, Aditya menerima tawaran tersebut. Setiap harinya, ia mendapatkan Rp 150.000.
Meski sulit untuk menjalani kehidupan di Jakarta, Aditya berprinsip untuk selalu sabar dan ikhlas.
Ia juga tak mau banyak mengeluh ketika menjalani kerasnya kehidupan kota Jakarta.
"Sabar, ikhlas, dan jangan pernah mengeluh," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.