BEKASI, KOMPAS.com - Belum lama ini viral video kelompok remaja tawuran di Bekasi. Ternyata setelah diselidiki polisi, aksi itu didasari karena kelompok tersebut ingin membuat konten agar terlihat keren.
Menurut sosiolog Universitas Indonesia Ida Ruwaida, maraknya tawuran antar-remaja ini salah satunya dilatarbelakangi rasa ingin "cari sensasi dan viral".
"Iseng atau yang disebut sebagai violence for fun. Artinya, tidak ada tujuan atau motif. Dalam konteks ini, tawuran untuk konten di media sosial termasuk cari sensasi dan viral," imbuhnya saat dihubungi Kompas.com, dikutip Rabu (13/3/2024).
Baca juga: Antisipasi Tawuran di Bekasi Selama Ramadhan, Polisi Gencar Patroli dan Koordinasi Polsek
Ida melanjutkan, bukan hanya untuk mencari sensasi, ada tiga hal lain yang menjadi penyebab maraknya remaja tawuran.
Tawuran, kata Ida, menjadi bagian "budaya" yang tampaknya yang ditradisikan dari angkatan ke angkatan. Para alumnus pun terkadang ikut dalam aksinya.
"Mensejarah, yang kemudian ditradisikan bahkan menjadi bagian dari budaya kekerasan yang diturunkan dari angkatan ke angkatan, kadang alumni juga ikut berkontribusi," jelasnya.
Di dalam aksi tawuran, menurut Ida, ada seseorang atau pihak yang sengaja membuat suasana rusuh dengan menempatkan anak-anak sebagai pelaku kekerasan.
Tujuannya untuk menciptakan keresahan atau mengalihkan perhatian masyarakat.
Baca juga: Dua Kelompok Remaja Tawuran di Depan Masjid Jakarta Islamic Centre Usai Tarawih
"Dimungkinkan juga ada pihak-pihak yang mengondisikan 'suasana rusuh', dengan menempatkan anak-anak remaja sebagai pelaku kekerasan kolektif," papar dia.
"Tujuan pihak-pihak itu untuk meresahkan masyarakat atau mengalihkan perhatian masyarakat," tambahnya.
Ida menuturkan, kurangnya ruang berekspresi juga menjadi salah satu penyebab tingginya aksi tawuran di Kota Bekasi.
Maka itu, lanjut Ida, untuk membuka ruang berekpresi itu perlu adanya interversi terpadu dengan menempatkan anak sebagai subyek, bukan obyek yang disertai stigma.
"Tawuran adalah wujud ekspresi diri generasi muda yang termarginal dan terekslusi dalam pembangunan Kota termasuk minimnya ruang publik untuk mereka," ujarnya.
Adapun, awal bulan Maret ini terjadi tawuran remaja di daerah Bojong Koneng, Bekasi, pada Kamis (29/2/2024) yang rupanya didasari keinginan terlihat keren lewat konten media sosial.
Kapolsek Cikarang Barat Kompol Gurnald mengatakan, polisi telah meminta keterangan dua pelajar SMP yang terlibat dalam aksi tersebut.
"Mereka itu motifnya hanya untuk buat konten, tidak ada aksi balas dendam atau motif lain makanya tidak ada korban," kata Gurnald.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.