Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setuju Larangan Pasang Klakson "Telolet", Sopir Bus: Terlalu Bahaya

Kompas.com - 26/03/2024, 13:20 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) kembali menggaungkan larangan pemakaian klakson telolet kepada seluruh operator bus.

Sejumlah petugas juga sudah diturunkan untuk merazia bus dengan klakson telolet.

Sopir bus PO Shantika bernama Parno (60) menyetujuinya. Menurut dia, klakson telolet membahayakan.

Baca juga: Bocah Tewas Imbas Klakson Telolet, Korlantas Akan Sosialisasi agar Tak Pakai Klakson Dimodifikasi

"Razia ini betul bisa bikin kita meminimalisir korban kecelakaan karena bus telolet," ungkap dia kepada Kompas.com di Terminal Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Senin (25/3/2024).

Parno sudah bekerja sebagai sopir bus di delapan PO sejak tahun 1992. Namun, fenomena klakson telolet baru terjadi sekitar lima tahun lalu.

Sepanjang kariernya, Parno sudah melalui pasang surut fenomena klakson telolet.

Ia pun sudah familiar dengan kehebohan warga yang ingin menyaksikan bus menyalakan klakson telolet.

"Waktu di Jepara dulu, anak kecil sampai pada di tol teriakin minta telolet. Ada yang sampai bawa spanduk tulisannya mintanya nyalain telolet," ucap Parno.

Kendati demikian, ada pula anak-anak kecil yang nekat mengejar bus untuk meminta awal bus membunyikan klakson telolet.

Baca juga: Dimeriahkan Klakson Telolet, Menhub Budi Karya Lepas Peserta Mudik Gratis di Terminal Jatijajar Depok

Paling parah, ada yang sampai mencegat bus demi kendaraan berhenti dan membunyikan klakson.

Padahal, jalan raya penuh dengan kendaraan roda dua maupun empat yang melaju kencang.

"Jadinya berisiko. Secara tidak langsung, sopir bus malah bikin kecelakaan. Terlalu bahaya pokoknya," terang dia.

"Karena untuk anak kecil, mereka enggak tahu risikonya. Intinya, mereka tahunya senang dengar telolet," lanjut Parno.

Seiring berjalannya waktu, Parno jadi kurang menyukai fenomena klakson telolet dan pemasangannya.

Padahal, ia sempat merogoh kocek sebesar sekitar Rp 500.000 sekitar lima tahun lalu untuk memasang klakson bernada itu.

Baca juga: Kisah Para Pemburu Telolet dan Firasat Jauhnya Senjakala Bus

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com