JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang perempuan berinisial WS (29), mengaku dapat intimidasi dari eks Ketua DPD Partai Solidaritas Indonesia (PSI) berinisial ANL, setelah sebelumnya dia mendapat perlakuan dugaan kekerasan seksual.
Adapun intimidasi itu ia rasakan pada 7 Desember 2023 dua hari usai kejadian.
WS bercerita, kala itu anak buah ANL memintanya untuk membuat surat keterangan apabila kejadian kekerasan seksual adalah fitnah.
"Dia suruh aku buat surat pernyataan kalau aku fitnah, bohong, tidak dilecehkan, tidak diperkosa, dan disuruh hapus chat WhatsApp," kata WS saat ditemui wartawan, Kamis (28/3/2024).
Baca juga: Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar
WS melanjutkan, penandatanganan surat pernyataan itu dipaksa anak buah ANL di suatu rumah.
Namun, WS tak mengingat secara jelas di mana rumah tersebut.
"Semua anak buahnya ada di situ," kata WS.
Saat itu, WS juga tak mengerti mengapa semua anak buah ANL tahu adanya dugaan tindak kekerasan seksual.
Padahal, WS tak berani bercerita kepada siapa pun usai kejadian.
"Aku juga enggak tahu kenapa mereka tahu (soal kekerasan seksual), padahal aku enggak cerita ke siapapun dan dipaksa untuk cerita," ucap WS sambil menangis.
Baca juga: PPKS UI: Korban Kekerasan Seksual oleh Melki Sedek Belum Mau Lanjutkan Kasus ke Ranah Pidana
Untuk diketahui, dugaan kekerasan seksual menimpa WS pada 5 Desember 2023.
WS awalnya mendaftar jadi buzzer untuk menaikkan elektabilitas PSI pada Pemilu 2024.
Namun, ANL malah mengajak WS ke rumahnya dan melakukan diduga kekerasan seksual di kamar pelaku sendiri.
WS mengatakan, rumah ANL malam itu dalam keadaan sepi. Karena tak berdaya, ia hanya bisa melawan korban seadanya dan teriak minta tolong.
Namun, teriakan itu tidak bisa didengar sampai ke tetangga ANL, WS pun menangis kencang dan trauma.
Baca juga: Polres Depok Pastikan Belum Ada Laporan Masuk Terkait Kasus Kekerasan Seksual oleh Melki Sedek