JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Solidaritas Pelaut Indonesia, Pius Laja Pera, menyoroti kasus tewasnya mahasiwa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta bernama Putu Satria Ananta Rustika (19). Putu tewas diduga karena dianiaya seniornya.
Menurut Pius, peristiwa ini membuktikan bahwa aturan di STIP belum diterapkan secara ketat.
"Yang jadi masalahnya sekarang sistem tata kelola atau peraturan-peraturan ini (di STIP) memang belum diterapkan secara maksimal," ucap Pius saat dihubingi, Sabtu (4/5/2024).
Untuk mencegah terulangnya peristiwa serupa, Pius menilai, hendaknya setiap mahasiswa meneken surat perjanjian atau pakta integritas. Perjanjian yang dimaksud memuat komitmen para taruna untuk tidak melakukan tindakan yang berbau militerisme.
Pius menekankan, STIP merupakan lembaga pendidikan sipil, bukan militer.
"Jadi sistem yang harus diubah ialah tata tertib dan pengawasan, itu harus diubah. Jangan sistem militerisme. Nah pengawasannya juga harus selalu di-monitoring," tambah Pius.
Baca juga: Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot
Lebih lanjut, Pius mendorong supaya sistem keamanan di STIP diperketat. Misalnya, dengan menambah kamera CCTV untuk memantau kegiatan para taruna di luar kelas.
"Di luar ruangan itu seharus ya ada CCTV biar dimonitor oleh pihak penyelenggara kampus," pungkas Pius.
Diberitakan sebelumnya, taruna tingkat 1 STIP Jakarta bernama Putu Satria Ananta Rastika dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (3/5/2024). Putu diduga tewas akibat dianiaya seniornya, T (21).
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hadi Saputra Siagian mengatakan, penganiayaan terjadi di sebuah toilet yang berada di lantai dua gedung STIP Jakarta.
Saat itu, Putu disebut baru saja mengecek sejumlah kelas usai kegiatan jalan santai bersama beberapa rekannya.
“Setelah memastikan tak ada orang di dalam kelas, mereka (korban dan temannya) dipanggil oleh T. T mempertanyakan korban kenapa mengenakan baju olahraga saat ke gedung pendidikan,” kata Hadi dalam keterangannya.
Pelaku lantas membawa Putu dan empat temannya ke kamar mandi. Kelimanya diminta berbaris, tanpa tahu tujuan pelaku.
“Setelah berbasis, T langsung melepaskan pukulan dengan tangan kosong kepada korban (Putu) ke arah ulu hati,” tutur Hadi.
Setelah dipukul sebanyak lima kali, Putu langsung lemas dan terkapar. Pelaku lantas meminta empat teman Putu pergi dan korban dibawa ke klinik yang berada di lingkungan STIP.
Sesampainya di klinik, korban disebut sudah tak bernyawa. Pasalnya, sudah tidak ada nadi yang berdenyut di tubuh korban ketika dilakukan pemeriksaan.
"Pada saat diperiksa oleh klinik sekolah setempat, sudah dalam kondisi tidak bernadi. Nadinya sudah berhenti, dan mungkin sudah bagian dari tanda-tanda hilang nyawa," ucap Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes (Pol) Gidion Arif Setyawan.
Baca juga: Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.