Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Kalau Belum Punya Istri dan Anak, Saya Juga Enggak Mau Jadi Jukir Liar Minimarket”

Kompas.com - 16/05/2024, 05:53 WIB
Baharudin Al Farisi,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Cakung Barat bernama Indra (26) mencurahkan isi hati mengenai pekerjaannya sebagai juru parkir (jukir) liar minimarket selama empat tahun terakhir.

Di lubuk hati yang paling dalam, dia juga tidak mau bekerja sebagai jukir liar minimarket di Indomaret Komarudin.

“Kalau belum punya istri dan anak, enggak mau kerja kayak begini (jukir liar minimarket), mending cari kerja lain,” ujar Indra saat ditemui Kompas.com di Cakung Barat, Cakung, Jakarta Timur, Rabu (15/5/2024).

Baca juga: Terjaring Razia, Jukir di Minimarket: Saya Sudah Rentan, Tapi Harus Tetap Jadi Tulang Punggung Keluarga

Bukan tanpa sebab Indra berucap hal itu. Ketika masih duduk di bangku kelas 7 Sekolah Menengah Pertama (SMP), ibunda Indra meninggal dunia.

Satu tahun setelahnya, ayahnya menikah lagi. Tak lama kemudian, dia putus sekolah karena keterbatasan biaya, mengingat dia mengemban pendidikan di salah satu sekolah swasta di Jakarta Timur.

“Saya dua bersaudara. Waktu itu, abang saya sudah menikah. Saya tinggal di rumah almarhum, dan abang saya sibuk dengan keluarganya, dulu belum terlalu memikirkan saya, masa bodo lah bahasanya,” kata Indra.

“Jujur ya, setelah (ayah) menikah, (saya) enggak dinafkahi lagi sampai saya hidup sendiri dan berkeluarga. Saat itu mah, satu kali pun enggak pernah dikunjungi. Saya sakit saja, dia (ayah) enggak tahu,” imbuh dia.

Dengan keadaan tersebut, hidup Indra luntang-lantung dan tak karuan. Bahkan, untuk sekadar makan saja sangat susah.

 Baca juga: Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Meski usianya ketika itu masih belasan tahun, Indra putar otak agar bisa mendapatkan uang. Alhasil, dia mengikuti teman untuk bekerja.

Lambat laun, kehidupan sehari-hari Indra serba berada di jalanan, entah menjadi tukang parkir di pertigaan, persimpangan, bahkan lampu merah.

Sewaktu-waktu, Indra bekerja sebagai petugas kebersihan di salah satu kampus di Jakarta untuk. Namun, pekerjaanya itu tidak tak bertahan lama.

“Itu juga gajinya enggak cukup buat saya. Kadang, satu bulan enggak dibayar full, kadang diambil gaji saya, enggak dikasih ke saya, selama dua tahun kayak begitu,” ungkap Indra.

Indra menyadari, kehidupan di jalan sangat keras. Mencari kerja dengan latar belakang pendidikan tidak tamat SMP sangatlah sulit.

Oleh karena itu, ia mengambil sekolah Paket C demi mendapatkan ijazah dan angan-angannya mendapatkan pekerjaan yang mapan.

“(Saat mau ambil Paket C) itu saya sudah markir di jalanan, itu juga buat tambahan uang Paket C. Iya, tambahan uang di jalanan. Markir di mana saja gitu saya. Paket C kan lumayan harganya, Rp 1,8 juta,” ungkap Indra.

 Baca juga: Terjaring Razia, Jukir di Minimarket: Saya Sudah Rentan, Tapi Harus Tetap Jadi Tulang Punggung Keluarga

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Megapolitan
Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Megapolitan
Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Megapolitan
Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Megapolitan
PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Megapolitan
Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Megapolitan
Pria Tewas Tertabrak KRL di Bogor, Identitas Korban Terungkap dari Buku Tabungan

Pria Tewas Tertabrak KRL di Bogor, Identitas Korban Terungkap dari Buku Tabungan

Megapolitan
Keamanan CFD Jakarta akan Diperketat Buntut Penjambretan Viral

Keamanan CFD Jakarta akan Diperketat Buntut Penjambretan Viral

Megapolitan
Pedagang Siomay di Kebayoran Berkurban Tiap Tahun, Patungan Rp 3,5 Juta untuk Beli Sapi

Pedagang Siomay di Kebayoran Berkurban Tiap Tahun, Patungan Rp 3,5 Juta untuk Beli Sapi

Megapolitan
Cerita Pedagang Siomay Rangkul Sesama Perantau di Jakarta untuk Berkurban di Kampung Halaman

Cerita Pedagang Siomay Rangkul Sesama Perantau di Jakarta untuk Berkurban di Kampung Halaman

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com