JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Cakung Barat bernama Indra (26) mencurahkan isi hati mengenai pekerjaannya sebagai juru parkir (jukir) liar minimarket selama empat tahun terakhir.
Di lubuk hati yang paling dalam, dia juga tidak mau bekerja sebagai jukir liar minimarket di Indomaret Komarudin.
“Kalau belum punya istri dan anak, enggak mau kerja kayak begini (jukir liar minimarket), mending cari kerja lain,” ujar Indra saat ditemui Kompas.com di Cakung Barat, Cakung, Jakarta Timur, Rabu (15/5/2024).
Bukan tanpa sebab Indra berucap hal itu. Ketika masih duduk di bangku kelas 7 Sekolah Menengah Pertama (SMP), ibunda Indra meninggal dunia.
Satu tahun setelahnya, ayahnya menikah lagi. Tak lama kemudian, dia putus sekolah karena keterbatasan biaya, mengingat dia mengemban pendidikan di salah satu sekolah swasta di Jakarta Timur.
“Saya dua bersaudara. Waktu itu, abang saya sudah menikah. Saya tinggal di rumah almarhum, dan abang saya sibuk dengan keluarganya, dulu belum terlalu memikirkan saya, masa bodo lah bahasanya,” kata Indra.
“Jujur ya, setelah (ayah) menikah, (saya) enggak dinafkahi lagi sampai saya hidup sendiri dan berkeluarga. Saat itu mah, satu kali pun enggak pernah dikunjungi. Saya sakit saja, dia (ayah) enggak tahu,” imbuh dia.
Dengan keadaan tersebut, hidup Indra luntang-lantung dan tak karuan. Bahkan, untuk sekadar makan saja sangat susah.
Baca juga: Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas
Meski usianya ketika itu masih belasan tahun, Indra putar otak agar bisa mendapatkan uang. Alhasil, dia mengikuti teman untuk bekerja.
Lambat laun, kehidupan sehari-hari Indra serba berada di jalanan, entah menjadi tukang parkir di pertigaan, persimpangan, bahkan lampu merah.
Sewaktu-waktu, Indra bekerja sebagai petugas kebersihan di salah satu kampus di Jakarta untuk. Namun, pekerjaanya itu tidak tak bertahan lama.
“Itu juga gajinya enggak cukup buat saya. Kadang, satu bulan enggak dibayar full, kadang diambil gaji saya, enggak dikasih ke saya, selama dua tahun kayak begitu,” ungkap Indra.
Indra menyadari, kehidupan di jalan sangat keras. Mencari kerja dengan latar belakang pendidikan tidak tamat SMP sangatlah sulit.
Oleh karena itu, ia mengambil sekolah Paket C demi mendapatkan ijazah dan angan-angannya mendapatkan pekerjaan yang mapan.
“(Saat mau ambil Paket C) itu saya sudah markir di jalanan, itu juga buat tambahan uang Paket C. Iya, tambahan uang di jalanan. Markir di mana saja gitu saya. Paket C kan lumayan harganya, Rp 1,8 juta,” ungkap Indra.