JAKARTA, KOMPAS.com - Para orangtua calon taruna (catar) tahun akademik 2024 meminta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mempertimbangkan kembali kebijakan penundaan seleksi mahasiswa baru Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta.
"Kami selaku perwakilan orangtua meminta Kemenhub menijau kembali atas pernyataan yang disampaikan oleh Menhub Budi Karya Sumadi (tentang ditundanya penerimaan mahasiswa baru STIP)," ucap Jarry Rinaldi (50) Koordinator forum orangtua catar STIP Jakarta 2024 di Markas Korps Alumni Akademi Ilmu Pelayaran, Koja, Jakarta Utara, Rabu (15/5/2024).
Baca juga: 436 Mahasiswa Baru Terancam Gagal Masuk STIP Imbas Kasus Penganiayaan Taruna Hingga Tewas
Para orangtua catar berharap agar STIP membatalkan surat pernyataan tentang penundaan seleksi mahasiswa baru yang dikeluarkan pada Sabtu (11/5/2024).
Selain itu, mereka juga mendorong agar STIP kembali melanjutkan seleksi mahasiswa baru sesuai jadwal yang sudah dikeluarkan.
Sejauh ini, para catar STIP tahun 2024 sudah melakukan tes pertama di bidang akademik.
Tes kedua, yakni fisik, seharusnya dilaksanakan pada Senin (13/5/2024). Namun gagal karena adanya surat pernyataan penundaan seleksi mahasiswa baru STIP.
Padahal, para catar sudah mengeluarkan uang kurang lebih Rp 2 juta untuk pendaftaran dan mengikuti serangkaian tes.
Para orangtua tak hanya menyayangkan biaya yang sudah dikeluarkan, tetapi juga keputusan Menhub yang tiba-tiba melakukan moratorium di tengah proses seleksi.
Baca juga: Tidak Cukup Dibebastugaskan, Direktur STIP Diminta Bertanggung Jawab secara Hukum
"Bukan cuma biaya sebenarnya, yang sangat disayangkan adalah melakukan moratorium kan seharusnya bukan di tengah-tengah orang melakukan test," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, Kemenhub menunda seleksi penerimaan catar STIP di tahun 2024 karena kasus tewasnya taruna Putu Satria Ananta Rustika (19) yang dianiaya oleh seniornya, Tegar Rafi Sanjaya (21).
Bukan hanya Tegar, tiga taruna lain berinisial A, W, dan K juga ditetapkan menjadi tersangka usai terbukti ikut memperlancar aksi penganiayaan itu.
Tegar memukul Putu sebanyak lima kali di bagian ulu hati hingga terkapar. Selain itu, ia juga menarik lidah Putu hingga jalur pernapasannya tertutup.
Saat dilarikan ke klinik STIP, nadi Putu sudah tidak lagi berdenyut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.