JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah orangtua calon taruna (catar) Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta 2024 meminta agar seleksi penerimaan mahasiswa baru tetap dilanjutkan.
"Melanjutkan seleksi catar tahun 2024 sesuai dengan jadwal seleksi awal yang telah dikeluarkan oleh STIP," kata Jarry Rinaldi (50) kata Koordinator forum orangtua calon taruna STIP Jakarta 2024 di Markas Corps Alumni Akademi Ilmu Pelayaran, Koja, Jakarta Utara, Rabu (15/5/2024).
Baca juga: 436 Mahasiswa Baru Terancam Gagal Masuk STIP Imbas Kasus Penganiayaan Taruna Hingga Tewas
Selain itu, para orangtua juga mendorong agar STIP dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) segera memberikan kepastian terkait kelanjutan seleksi catar tahun 2024.
Pasalnya, ada sekitar 436 catar yang telah mendaftar dan berharap bisa melanjutkan pendidikan di STIP.
Mereka juga sudah melakukan tes pertama di bidang akademik pada Rabu (8/5/2024).
Para orangtua juga sudah membayar Rp 2 juta untuk mendaftarkan buah hatinya di STIP dan mengikuti serangkaian tes.
Para catar juga sudah melakukan berbagai persiapan baik fisik dan akademik agar bisa lulus seleksi STIP.
"Dengan ini kami memohon Bapak Menteri Perhubungan mengabulkan permohonan dan permintaan kami sehingga anak kami bisa melanjutkan pendidikan di STIP," sambung Jarry.
Baca juga: Seleksi Mahasiswa Baru STIP Ditunda, Calon Taruna: Jangan Sampai Pak Menteri Hancurkan Mimpi Kami
Sebenarnya, Jarry dan orangtua catar lain tidak berkeberatan apabila penundaan penerimaan mahasiswa baru dilakukan sebelum dilakukan tes pertama.
"Kalau mau diadakan moratorium jangan diputus harapan anak-anak kita karena ini sudah melakukan tes. Kalau belum (tes) monggo dilakukan (moratorium), tapi ini kan sudah di tengah-tengah proses tes walaupun baru satu kali tes," pungkas Jarry.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Kemenhub menunda seleksi penerimaan catar STIP di tahun 2024 karena kasus tewasnya Putu Satria Ananta Rustika (19) yang dianiaya seniornya, Tegar Rafi Sanjaya (21).
Bukan hanya Tegar, tiga taruna lain berinisial A, W, dan K juga ditetapkan menjadi tersangka usai terbukti ikut memperlancar aksi penganiayaan itu.
Tegar memukul Putu sebanyak lima kali di bagian ulu hati hingga terkapar. Selain itu, ia juga menarik lidah Putu hingga jalur pernapasannya tertutup.
Saat dilarikan ke klinik STIP, nadi Putu sudah tidak lagi berdenyut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.