DEPOK, KOMPAS.com - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Depok mewanti-wanti pihak sekolah untuk tak memaksa orangtua murid yang tidak setuju anaknya mengikuti study tour.
Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Depok Babai Suhaimi mengatakan, beberapa orangtua murid tak bisa mengikutsertakan anaknya dalam kegiatan study tour karena keterbatasan finansial.
"Kalau ada yang tidak setuju ya jangan dipaksakan. Tapi kalau setuju, mereka tidak perlu bayar jika mereka adalah anak tidak mampu," kata Babai saat rapat di Gedung DPRD Kota Depok, Rabu (15/5/2024).
Menurut Babai, persoalan ini bisa diselesaikan dengan menerapkan subsidi silang, yakni dari orangtua murid yang memiliki kekuatan finansial lebih untuk siswa kurang mampu.
"Melalui anaknya itu, disampaikan kepada orangtua mereka, apakah berkenan untuk membayar lebih, sebab kelebihannya itu untuk melakukan subsidi silang bagi anak yang tidak mampu," ungkap Babai.
Baca juga: Larangan Study Tour ke Luar Kota Berisiko Tinggi, Tuai Pro Kontra Orangtua Murid
Namun, jika pun subsidi silang diterapkan, lanjut Babai, pihak sekolah tak perlu mematok nominal.
"Tapi tidak dipatok (nominal subsidinya). Karena kalau dipatok ya salah juga nantinya," ujar Babai.
Diberitakan sebelumnya, DPRD Kota Depok memanggil sejumlah kepala sekolah tingkat SD sampai SMA, Dinas Perhubungan, dan Dinas Pendidikan Kota Depok untuk evaluasi pelaksanaan study tour.
Hasil rapat menyimpulkan, DPRD tetap memperbolehkan siswa mengadakan study tour ke luar kota. Namun, pihak sekolah diminta memperhatikan sejumlah hal sebelum menggelar kegiatan itu.
“Kami, DPRD, telah menyerap (seluruh masukan dan tanggapan), dan akan memberikan himbauan kepada pemerintah bahwa outing class atau study tour masih boleh tetap dilaksanakan namun dengan berbagai macam catatan,” terang Babai.
Kegiatan study tour sekolah jadi sorotan setelah insiden kecelakaan bus yang mengangkut rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok, Sabtu (11/5/2024). Kecelakaan di kawasan Ciater, Subang, Jawa Barat itu mengakibatkan 11 korban tewas.
Bus berpelat AD 7524 OG tersebut diduga mengalami rem blong. Saat memasuki salah satu jalan menurun bus tiba-tiba oleng ke kanan hingga menyebrang ke jalur berlawanan dan menabrak mobil Feroza bernomor polisi D 1455 VCD.
Setelah menabrak mobil Feroza, bus terguling. Posisi ban kiri berada di atas, lalu bus tergelincir hingga menghantam tiga sepeda motor yang terparkir di bahu jalan.
Lalu, bus terhenti usai menghantam tiang listrik di bahu jalan. Penumpang bus berserakan di jalan.
Akibat dari kecelakaan ini 11 orang tewas, terdiri dari sembilan siswa, satu guru, dan satu warga lokal. Saat ini, korban tewas diketahui sudah dimakamkan seluruhnya.
Baca juga: Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada Study Tour ke Luar Kota
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.