Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jualan di Trotoar, PKL Pasar Gembrong Harus Setoran

Kompas.com - 14/08/2013, 15:21 WIB
Rahmat Patutie

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Gembrong mengakui bahwa setiap bulan para pedagang harus menyetor sejumlah uang kepada tukang parkir. Demi kelancaran usaha, meski keberatan, mereka terpaksa membayarnya.

"Bayar tanah (berdagang di sini) Rp 150.000. Ada yag nagihin datang. Jadi setiap lapak dia nagihin, sebulan sekali. Lapaknya 25.000 per bulan. Sudah 5 tahun dagang dikasih terus," kata Yana (46), pedagang karpet di Pasar Gembrong, Jakarta Timur, Rabu (14/8/2013).

Menurut salah seorang pedagang boneka yang meminta namanya dirahasiakan, yang biasa memintai uang kepada pedagang adalah tukang parkir di pasar tersebut. "Tukang parkir namanya Surip. Yang biasa markir di Tokoh Sahabat. Semua pedagang diminta," ungkap dia.

"Sama tukang parkir, seminggu Rp 70.000. Kalau enggak ngasih (kita) enggak bisa dagang. Biar enggak dagang juga tetap ngasih, soalnya kan mingguan," tambah dia.

Meski begitu, ibu yang sudah tujuh tahun berjualan di Pasar Gembrong mengaku tidak merasa keberatan adanya pungutan liar itu, asalkan ia bisa tetap mencari rupiah di tempat itu. "Yang penting saya bisa berjualan dan bisa makan," cetusnya.

Awan (23), seorang pedagang mainan setempat, juga mengalami hal serupa. Ia terpaksa memberikan uang kepada orang yang selalu menagih secara paksa. Jika tidak menyetor, maka ia tidak dibolehkan membuka lapak di tempat itu.

Awan mengaku menyetor Rp 25.000 tiap minggunya. Karena membuka dua lapak, jadi ia harus membayar Rp 50.000.

"Biasanya sih ada tiap seminggu sekali, sama pemilik parkir, yang punya lahan parkir. Satu lapak 25.000, udah dari tahun 2012. Kalau enggak kasih, ya kita enggak bisa dagang. Ya dia suka maksa," kata Awan.

Awan berharap lokasi binaan yang akan disediakan pemerintah daerah cepat terwujud. Sebab, ia sudah tidak betah berprofesi sebagai pedagang jalanan.

"Cepat ada-lah tempat relokasinya biar kita tidak bingung mau ke mana. Kalau bisa dulukan kaya Pasar Tanah Abang-lah, sudah jelas. Kita juga mau resmi berdagang," ujar Awan.

Camat Jatinegara Syofian Taher sebelumnya mengimbau, jika ada yang menemukan preman melakukan pungutan terhadap PKL, maka melaporlah kepadanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan 'Open BO'

Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan "Open BO"

Megapolitan
Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Megapolitan
Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Megapolitan
Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Megapolitan
Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Megapolitan
Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Megapolitan
Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Megapolitan
Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Penganggur di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Penganggur di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com