Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Lepas Tangan soal Sengketa Taman BMW

Kompas.com - 13/11/2013, 17:33 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tampaknya masih akan menunggu pembangunan Taman Bersih Manusiawi dan Berwibawa menjadi stadion internasional.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, lahan itu masih digugat pihak lain. "Kami lagi minta lahan yang sudah bebas yang mana untuk diberikan kepada kami dan kami bangun. Ada lima hektar saja, kami sudah bisa bangun," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Rabu (13/11/2013).

Pihak yang harus menyelesaikan sengketa itu adalah pihak swasta, yakni PT Agung Podomoro Land dan pihak yang mengaku sebagai ahli waris kepemilikan Taman Bersih Manusiawi dan Berwibawa (BMW), Donald Guilamme Wolf.

Permasalahan ini sudah dibawa ke Mahkamah Agung. Hasilnya, Donald telah terbukti bersalah dan terjerat Pasal 263 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan tuduhan memalsukan surat. Basuki pun lepas tangan terkait penyelesaian sengketa lahan tersebut.

"Yang memalsukan surat juga sudah dipenjara setahun. Jadi, tidak mau terlalu banyak campur tangan," kata Basuki.

Permasalahan tanah yang ditaksir mencapai nilai sekitar Rp 737 miliar ini terjadi setelah tanah yang diklaim milik Donald juga diakui PT Agung Podomoro Land. Pada (8/6/2007), PT Agung Podomoro menyerahkan tanah tersebut kepada Pemprov DKI sebagai kewajiban fasilitas sosial-fasilitas umum dari tujuh perusahaan.

PT Agung Podomoro bertindak sebagai koordinator. Dalam berita acara serah terima yang ditandatangani oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, dan Direktur PT Agung Podomoro Trihatma Kusuma Haliman, tercantum pasal yang mengatur bahwa tanah yang diserahkan tidak dalam keadaan sengketa, dan bebas dari segala tuntutan ataupun gugatan. Namun, tanah tersebut tidak juga dibuat sertifikatnya.

Semua pihak yang terlibat dalam permasalahan sengketa lahan itu harus dapat menyamakan persepsi. Misalnya saja, kata Basuki, seseorang memiliki rumah dan membuat sertifikat kepemilikan lahan tersebut dan menyerahkannya kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN). Kemudian, ada pihak lain yang mengaku kalau tanah itu merupakan tanah warisan nenek moyangnya.

Apabila pihak itu merasa benar, seharusnya kata Basuki, dia menuntut dan memperjuangkan asetnya sampai ke pengadilan. Dalam kasus ini, pihak yang menuntut sampai ke pengadilan ternyata gagal dan terbukti salah.

Untuk itu, Basuki meminta agar lahan itu secepatnya diberikan kepada DKI. Namun, hingga saat ini, BPN masih merasa lahan itu bersengketa dan ada pihak yang mendudukinya. Lahan tersebut telah beralih fungsi sebagai lahan penyewaan kontainer dan alat berat lainnya. Pihak yang telah menyalahgunakan lahan tersebut harus menyingkir terlebih dahulu, baru BPN menganggap lahan itu bersih.

Pemprov DKI pun tidak dapat berbuat apa-apa karena lahan itu belum menjadi kepemilikan daerah. "Makanya ini negara preman. Seharusnya kalau kita merasa dirugikan, kita lapor polisi dan jaksa, mengadu kalau orang ini sudah menyewakan lahan tanpa izin tanpa SIUP," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com