JAKARTA, KOMPAS.com — Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar dan PB) DKI mengaku tak memiliki personel dengan jumlah ideal. Kepala Dinas Damkar dan PB DKI Subejo mengatakan, saat ini jumlah anggota pemadam kebakaran sebanyak 2.900 personel.
"Padahal, idealnya di DKI Jakarta butuh 4.000 personel," kata Subejo dalam konferensi pers yang digelar di Jalan Zainul Arifin, Jakarta, Kamis (27/2/2014).
Jumlah personel itu berkurang jika dibandingkan tahun 2012 lalu yang mencapai sekitar 3.200 orang. Dia berharap agar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) beserta Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI membuka formasi sebanyak-banyaknya untuk lowongan ini.
Persyaratan pendidikan pun tidak dipatok terlalu tinggi. Masyarakat dengan pendidikan terakhir SMA telah dapat mendaftar sebagai anggota pemadam kebakaran.
Selain itu, ia memerlukan pemberdayaan masyarakat untuk menutupi kekurangan personel tersebut. Dinas Damkar dan PB DKI juga akan melakukan pengawalan dan pendampingan kepada masyarakat ketika merespons suatu kejadian.
"Jadi untuk efektifnya memang harus masyarakat dulu yang berperan aktif dan melakukan aksi. Jadi, masyarakat kita latih, kita dampingi, nanti ada kolaborasinya," ujar Subejo.
Ada tiga tahap dalam proses pemadaman kebakaran. Fase pertama adalah persiapan, yaitu tahap laporan masuk ke Dinas Damkar dan PB hingga personel bersiap untuk menuju lokasi kebakaran.
Tahap kedua adalah tahap perjalanan. Pada tahap ini, sangat bergantung dengan kepadatan lalu lintas saat kebakaran. Dalam hal ini, Subejo meminta kerja sama dengan Polda Metro Jaya dan Dinas Perhubungan DKI. Sebab, mobil pemadam kebakaran termasuk salah satu kendaraan yang mendapat keistimewaan untuk dapat melintas di jalur transjakarta, bahu jalan, maupun menerobos lampu merah.
Tahap yang terakhir adalah tahap untuk mengeluarkan air. Menurut dia, salah satu kendala sulitnya memadamkan api karena lokasi sumber air yang jauh dan dangkal. Subejo pun telah meminta Dinas Pekerjaan Umum untuk meninggikan sungai dan mengeruk sampah yang ada di sumber air terdekat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.