SR mengaku, pada pileg kali ini dia mencoblos caleg perempuan yang berparas cantik. "Saya tadi nyoblos yang perempuan saja. Lihat yang bening-bening. Gambar yang cewek tadi ternyata lumayan cantik. Kalau perempuan kan hatinya lembut, enggak kayak laki-laki, hatinya batu," kata SR, diiringi tawa lebar, saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (9/4/2014).
Pada pileg kali ini, dia mengaku tidak mengenal caleg mana pun. Dia hanya menyarankan teman-temannya untuk mencoblos caleg perempuan. "Rata-rata semua enggak ada yang saya kenal. Saya udah bilang sama teman-teman, colok yang perempuan. Masa jeruk makan jeruk," ujar lelaki dengan tingkah jenaka itu.
Meskipun demikian, sebagai pemilik hak pilih, SR tetap bercita-cita punya pemimpin jujur dan bersih. Namun, sekarang ini dirinya melihat para pemimpin cenderung tidak bisa dipercaya dan hanya mengumbar janji.
Sebab, SR mengaku sudah melihat beberapa pejabat yang mendekam bersamanya di lapas tersebut. Mereka, sebutnya, orang yang kurang bergaul dengan sesama napi.
"Di sini banyak orang-orang pintar lho. Saking pintarnya dia belokin duit rakyat," ujar pria yang sudah mendekam di penjara selama 5 tahun, dengan masa hukuman 7 tahun itu.
"Saya musyrik kalau percaya politik. Cuma minimal, manusia yang mati aja punya cita-cita masuk surga kan. Kita hidup juga punya cita-cita dong, pengin dapat sosok (pemimpin) yang benar," tambahnya.
Tahanan kriminal di lapas itu, SD (42), mengaku mendambakan sosok pemimpin yang tegas dan keras. Bahkan dia lebih menyukai pemimpin Orde Baru, mantan Presiden RI Soeharto.
"Kalau gue Pak Harto. Gue sekarang umur 42 tahun. Tiga puluh dua tahun hidup gue di zaman Pak Harto nyaman-nyaman aja. Bapak gue juga nyaman," ujar SD.
Apalagi, pada pileg kali ini SD tidak mengenal sama sekali para calon yang akan menduduki jabatan publik nantinya.
"Calon sekarang banyak yang enggak kenal. Kita kenal cuma figur calon presidennya atau kenal partainya aja. Ya, karena memang kita di sini," ujar SD.
Namun, ia berharap Indonesia dapat dipimpin oleh orang bersih, tidak korupsi, dan mengayomi masyarakat. SD mengatakan, banyak pemimpin yang berteori tetapi tanpa realisasi. "Orang pintar itu banyak, tapi orang luar biasa itu sulit dicari," ujar SD.
Y (26), tahanan narkoba lain, mengaku, kali ini dia mencoblos hanya sekadar formalitas. Tetapi, dia sudah memiliki salah satu sosok calon pemimpin yang, menurut dia, merakyat dan lebih dekat dengan kalangan bawah.
"Kalau menurut saya ini formalitas saja. Tapi kalau presiden, ya harapan saya yang karakternya ke yang di bawah," ujar Y.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.