"Makanya, kami hanya menunggu kepastian akuisisi ini. Tidak masalah siapa pun yang akan menjadi pemilik Palyja. Yang pasti pemilik Palyja harus mampu menyediakan penambahan air baku," kata Meyritha di IPA I Pejompongan, Jakarta, Selasa (22/4/2014).
Kebutuhan air baku Palyja bergantung pada Waduk Jatiluhur milik Perum Jasa Tirta (PJT) II. Oleh karena itu, lanjut dia, jika ada gangguan dari stasiun pompa yang mengalirkan air baku menuju Instalasi Pengolahan Air (IPA) milik Palyja, maka distribusi air bersih kepada para pelanggan Palyja akan terganggu.
Meski begitu, Meyritha menjelaskan, paling tidak pemilik baru Palyja harus mampu membangun sumber pasokan air baku di dalam Ibu Kota. Dengan demikian, pasokan air baku tidak lagi bergantung pada Waduk Jatiluhur. Jadi, meskipun pasokan air baku di Waduk Jatiluhur terganggu, pelayanan air bersih tetap berjalan melalui pasokan air baku dari dalam Jakarta.
"Kami meminta kepada pemilik baru Palyja untuk dapat menghidupkan kembali pasokan air baku seperti di Pejaten Timur dan Cilandak, agar pasokan air bakunya bertambah," kata Meyritha.
Sekadar informasi, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menugaskan dua BUMD untuk mengambil alih saham kepemilikan Palyja. PT Jakarta Propertindo akan mengakuisisi saham kepemilikan PT Astratel sebesar 49 persen, dan PD Pembangunan Jaya akan mengakuisisi saham kepemilikan Suez International sebesar 51 persen.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Utama (Dirut) PT Jakarta Propertindo Budi Karya Sumadi mengatakan, pihaknya masih akan tetap mengakuisisi PT Palyja sebanyak 49 persen kepemilikan PT Astratel. Budi mengatakan, setelah berhasil diakuisisi, pihaknya langsung melakukan renegosiasi (rebalancing) kontrak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.