Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi-lagi, Ahok Kesal kepada Wiriyatmoko

Kompas.com - 24/04/2014, 21:01 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama kembali mengungkapkan kekesalannya kepada Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah DKI Jakarta Wiriyatmoko. Menurutnya, Moko (sapaan Wiriyatmoko) dan juga Kepala Dinas Pelayanan Pajak Iwan Setyawandi telah membohonginya terkait pengenaan pajak reklame bus.

Basuki mengatakan, beberapa waktu lalu Moko dan Iwan telah menolak sumbangan 30 bus dari pihak swasta. Alasannya, kompensasi pengenaan bebas pajak bagi perusahaan-perusahaan penyumbang bus akan merugikan Pemerintah Provinsi DKI. Mereka pun meminta pihak swasta membayar pajak reklame di badan bus sebesar Rp 347 juta per bus per tahun.

Nyatanya, Ahok baru saja menerima daftar pajak reklame bus per April 2014. Di sana tertulis, pajak reklame berkisar antara Rp 1 juta hingga Rp 71 juta. "Jadi dari mana saya merugikan?" kata Basuki di Balaikota Jakarta, Kamis (24/4/2014).

Di daftar tersebut beberapa nama perusahaan yang dikenakan pajak terkait iklan di bus, di antaranya Canon, Pizza Hut Delivery, Matahari Department Store, Autocilin, dan Sanyo. Besaran pajak terkecil sebesar Rp 1,3 juta per bus per tahun yang dikenakan terhadap KBN Logistics. Sementara itu, pajak terbesar sebesar Rp 71 juta per bus per tahun yang dikenakan terhadap Konica Minolta. Besar kecilnya nilai pajak dihitung per sentimeter.

"Jadi nilai segitu tak ada artinya dengan bus sumbangan yang dibeli dengan harga Rp 1,2 miliar per unit," ujar pria yang akrab disapa Ahok itu.

Seperti diberitakan, beberapa waktu lalu proses pemberian 30 unit bus dari tiga perusahaan, yakni dari PT Telekomunikasi Seluler Indonesia, PT Rodamas, dan PT Ti-Phone Mobile Indonesia ditolak karena Dinas Pelayanan Pajak tidak menyetujui rencana pembebasan pajak terhadap tiga peruaahaan tersebut. Mereka beralasan, pembebasan pajak hanya akan merugikan Pemprov DKI.

Hal tersebut sempat membuat Basuki naik pitam. Ia bahkan sempat marah-marah yang dibarengi dengan menggebrak meja rapat. Ia menilai, tidak seharusnya pejabat Pemprov DKI mempersulit proses pemberian bus sumbangan, saat transportasi Jakarta kekurangan jumlah bus laik pakai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com