KOMPAS.com - Umumnya orang menganggap sampah sebagai benda yang merepotkan sekaligus menjijikkan. Namun, tidak demikian halnya bagi orang-orang kreatif. Di tangan warga RT 001 RW 001, Kelurahan Kunciran, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, sampah malah menjadi sumber berkah.
Sampah yang sudah diolah dari sumbernya atau rumah tangga dapat menjadi tabungan bagi warga. Dengan sampah itu pula warga bisa meminjam uang dalam kondisi darurat.
Ketua Umum Bank Sampah Gawe Rukun RT 001 RW 001, Kelurahan Kunciran, Supadmi (48) mengatakan, pembagian hasil tabungan sampah warga yang tercatat sebagai anggota dilakukan setiap kali menjelang Lebaran. Hal itu berdasarkan kesepakatan bersama dari anggota. Akan tetapi, warga yang memiliki kebutuhan sangat mendesak bisa meminjam uang dari tabungannya.
Proses menabung sampah diawali dengan cara warga menyetorkan sampah yang sudah diolah kepada pengurus. Selanjutnya, sampah ditimbang, lalu diperoleh besaran nilai uang sampah yang ditabung. Rata-rata dalam sebulan hasil dari pengumpulan sampah antara Rp 2 juta dan Rp 4 juta.
Dari uang sampah tersebut pengurus hanya menerima 10 persen untuk kas lembaga dan upah bagi pengurus. Uang kas itu sebagai dana simpan-pinjam, dan biasanya kelebihan dana tersebut akan dibagikan sebagai bonus kepada anggotanya. Dari kas itu, anggota bisa meminjam uang dalam keadaan mendesak dan darurat, seperti kematian dan kelahiran.
Supadmi menjelaskan, saat ini pihaknya berencana menjalin kerja sama dengan PT PLN untuk menggunakan sampah sebagai alat pembayaran tagihan listrik. Uang tabungan sampah dapat digunakan untuk membayar listrik.
Tidak hanya kemudahan itu, dari hasil mengolah sampah dari sumbernya atau rumah tangga, tempat tinggal warga juga menjadi hijau, asri, dan bersih. Situasi ini terlihat saat Kompas menelusuri gang sempit RT 001 RW 001, Sabtu (13/9/2014) siang.
Gang itu tampak hijau, asri, dan bersih. Meski bangunan rumah berdiri di atas lahan sempit dan nyaris tak tersisa lahan kosong, warga tetap antusias menanam tanaman hias. Jejeran pot tertata rapi di dekat pagar rumah.
Penghijauan yang dilakukan itu merupakan hasil dari upaya warga mengolah sampah basah menjadi kompos atau pupuk. Kompos yang diolah selama tiga bulan tersebut dibagikan buat anggota, yakni warga setempat.
Menular
Bank Sampah Gawe Rukun dibangun oleh warga sejak pertengahan tahun 2011. Hal itu merupakan prakarsa dari Tukidi (49), pegawai koperasi yang juga suami Supadmi.
Dibantu pengurus RT setempat, suami istri ini membangun bank sampah. Mereka memanfaatkan lahan kosong di samping rumah mereka sebagai lokasi tempat pengolahan sampah. Lahan kosong itu tadinya sudah dipatok untuk dibanguni beberapa unit rumah kontrakan.
”Awalnya, tempat kami merupakan daerah banjir. Kotor karena sampah menumpuk. RT kami ini sering telantar dan segala keluhan kami tidak pernah ditanggapi. Muncullah ide membangun bank sampah,” papar Supadmi.
Tiga bulan setelah berdiri, pimpinan Gawe Rukun mendatangi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang. Gayung bersambut. Sejak itu, bank sampah yang dikelola secara swadaya ini menjadi binaan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang.
Perilaku mencintai sampah ini menular hingga ke RW lainnya di sekitar kelurahan itu. Sebanyak 9 dari 15 RW yang ada di kelurahan itu sudah membentuk bank sampah di wilayah masing-masing setelah menjadi anggota koperasi.