Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buruh Anggap KIS dan KIP Tak Berpihak pada Mereka

Kompas.com - 06/11/2014, 17:36 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) meragukan akan mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Karena itulah mereka menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan meminta nilai Upah Minimum Provinsi (UMP) dinaikkan.

Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea menilai upaya pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi demi mengalokasikan dana tersebut ke jaminan kesehatan dan pendidikan tidaklah efektif. Menurut dia, kebijakan itu tidak memihak kepada buruh. [Baca: Buruh Pendukung Jokowi Tolak Kenaikan Harga BBM Subsidi]

"Pemerintah akan memberikan jaminan kesehatan dan pendidikan ke dalam bentuk kartu. Tetapi apakah semua buruh mendapatkannya secara merata? Bagaimana kalau buruh dianggap mampu dan tidak berikan kartu?" kata Andi di kantor KSPSI, Jakarta Pusat, Kamis (6/11/2014).

Lagipula, lanjut dia, jaminan kesehatan dan pendidikan tersebut belum memiliki sistem yang jelas. Sebab, sistem jaminan itu masih dipertanyakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Karena itu, menurut Andi, kenaikan upah tanpa diikuti kenaikan harga BBM adalah kebijakan paling adil.

Kalaupun pemerintah bersikeras untuk menaikkan harga BBM, maka buruh pun akan meminta UMP kembali direvisi. Ia menjelaskan, misalnya upah naik dari Rp 2,5 juta jadi Rp 2,7 juta. Saat harga BBM naik, biaya hidup juga naik jadi Rp 2,9.

Artinya biaya yang perlu dikeluarkan lebih besar daripada pemasukan. "Ini karena harga BBM bukan hanya berdampak pada BBM saja, tetapi biaya rumah kontrakan yang naik, makanan-makanan naik, semuanya kena dampak," kata dia.

Supaya aspirasi ini didengar, KSPSI pun akan melakukan aksi besar-besaran yang rencananya melibatkan 12.000 buruh pada Senin (10/11/2014) di Bundaran Hotel Indonesia menuju Istana Negara sekitar pukul 10.00.

Bila tidak digubris juga, mereka mengancam akan mogok nasional. "Buruh mogok nasional itu enggak main-main lho, bisa rugi Rp 7 triliun dalam sehari," kata Andi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com