Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinas P2B Layangkan Surat Panggilan ke Pengelola STC

Kompas.com - 16/11/2014, 14:33 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B) DKI Jakarta, I Putu Ngurah Indiana, menyatakan telah melayangkan surat panggilan untuk pengelola gedung Senayan Trade Centre (STC), Jakarta Pusat. Surat yang ditandatanganinya, Kamis (13/11/2014), itu dikirim ke pengelola STC pada hari Jumat.

"Sudah buat undangan, P2B memanggil pengelola STC Senin (17/11/2014) untuk menjelaskan kejadian itu," kata Putu, Minggu (16/11/2014).

Putu mengatakan, meski kepolisian tengah menyelidiki peristiwa itu, P2B juga meminta keterangan pengelola gedung STC. Sebab, lanjutnya, tidak ada closed circuit television (CCTV) di tempat kejadian perkara.

P2B pun memanggil pengelola guna menjelaskan secara rinci lokasi anak tersetrum dan pengamanan gedung itu sendiri. Pasalnya, Putu tak pernah menyangka kejadian yang diduga kesalahan teknis itu berakibat fatal bagi pengunjungnya.

"P2B bukan mencari kesalahan lagi, ini masih akan dicek kepastiannya karena permasalahan kabel itu. Untuk ke depan ini bisa lebih aman dan tidak ada kasus seperti itu lagi," tutur Putu.

Insiden tersetrum dan menyebabkan Amanda Dwi Nugroho (7) kehilangan nyawa itu merupakan keteledoran pengelola gedung. Menurut Putu, menyentuh kabel neon box dekat eskalator yang membuat anak itu tersetrum dan tewas.

Putu menilai hal itu sebagai 'kecolongan' yang terabaikan. Hal tersebut diungkapkan karena secara tak sengaja kejadian itu berasal dari teknis gedung.

"Sudah dibuat edaran berkali-kali atas pengamanan gedung. Itu hal teknis, persyaratannya pun mendasar pada teknis menyambung kabel," ujar dia.

Dia menyatakan, kabel pada neon box tidak diperinci dalam surat edaran P2B atas pengamanan gedung. Namun, lanjut dia, itu sudah menjadi bagian paling dasar yang diketahui pengelola gedung.

Putu tak menyangkal bahwa pengelola gedung kecolongan dari kejadian kecil yang nyatanya berakibat fatal itu. Hingga kini, P2B telah memeriksa langsung ke lokasi Amanda tewas di lantai satu STC. Untuk meminta klarifikasi dari pemeriksaan itu, tambah dia, pengelola harus memenuhi surat panggilan tersebut.

"Kan menentukan itu tidak bisa sepihak, apalagi akibat fatal kena setrum, itu pengelola harus beritahu pengamanannya," ucap dia.

Sebelumnya diberitakan, Amanda tewas saat berada di sekitar pagar pembatas lantai satu gedung tersebut. Kepolisian Resort Metro Jakarta Pusat pun masih menyelidiki kasus ini dengan olah tempat kejadian perkara dan memeriksa beberapa orang saksi.

Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat AKBP Tatan Dirsan Atmaja mengatakan hingga kini masih diduga korban menginjak neon box yang ada di sekitar pagar. Neon box itu dialiri listrik bertegangan tinggi. Kemungkinan lainnya, pagar tersebut memang dialiri listrik karena kelalaian pengelola dalam merawat instalasi listrik di sana.

Oleh karena itu, pihaknya masih menelusuri ada tidaknya aliran listrik di pagar tersebut. Diketahui, saat kejadian itu terjadi, Amanda tengah tidak menggunakan alas kaki. Setelah tubuhnya tersengat listrik, ia pun jatuh tersungkur. Menyadari wajah Amanda yang mulai membiru dan kakinya dingin, orangtua bocah SD itu langsung membawanya ke Rumah Sakit Pusat Pertamina. Namun, ternyata nyawa Amanda tak tertolong.

Selanjutnya, jenazah Amanda dipindahkan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk divisum luar, kemudian dipulangkan ke rumahnya di Patal Senayan, Jakarta Pusat. Pada Selasa kemarin, Amanda telah dimakamkan di kawasan Utan Jati, Cengkarang, Jakarta Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com