Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dishub Ingin Larang Penjualan Rokok di Terminal, Ahok Tak Setuju

Kompas.com - 12/12/2014, 18:28 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com —Dinas Perhubungan DKI Jakarta berencana melarang penjualan rokok di terminal. Ternyata, kebijakan itu tidak disetujui oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama. Menurut Basuki, yang tidak diperbolehkan adalah merokok di tempat umum, bukanlah berjualan rokok. 
 
"Yang tidak boleh itu kan merokok. Kamu melarangnya sehubungan dengan apa? Di Balaikota juga tidak boleh merokok, tetapi kalau melarang orang jualan (rokok) ya enggak bisa," kata Basuki, di Balaikota, Jumat (12/12/2014). [Baca: Dalam Waktu Dekat, Terminal di Jakarta Tak Boleh Menjual Rokok]
 
DKI telah memiliki tiga peraturan terkait pengendalian merokok, yakni Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok, dan Pergub Nomor 88 Tahun 2010 sebagai pengganti Pergub Nomor 75 Tahun 2005.

Menurut Basuki, pedagang yang berjualan rokok di terminal biasanya pedagang asongan. Pedagang itu, lanjut dia, tidak menyebabkan kemacetan di jalanan.

"Makanya, saya barusan beri pengarahan kepada Pak Bukit (Wakil Kepala Dinas Perhubungan Benjamin Bukit), kamu itu seharusnya larang PKL yang bikin macet. Kalau yang tidak macet, ya tidak masalah," kata Basuki. [Baca: Dilarang Jualan Rokok di Terminal, Ini Kata Pedagang]

 
Dia mengatakan, menjadi PKL adalah sebuah upaya ketahanan ekonomi seseorang, misalnya apabila mereka dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja dan akhirnya berdagang menjadi PKL. Oleh karena itu, ia tidak melarang keberadaan PKL, termasuk pada hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) setiap hari Minggu.

Hanya saja, para PKL itu harus dididik untuk tidak membuang sampah sembarangan dan membuat masakan yang sehat serta higienis. "Jangan buang sampah sembarangan, PKL jangan pakai zat makanan berbahaya, pakai zat kimia dan pewarna. Kalau pakai zat pewarna keras, nanti konsumennya kena kanker 10 tahun," ujar Basuki. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com