Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: MRT Harus Selesai dan Beroperasi Dulu, Baru ERP Berjalan

Kompas.com - 07/01/2015, 06:16 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia, Danang Parikesit, berpendapat bahwa proyek MRT (mass rapid transit) yang masih dikejar penyelesaiannya oleh pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta harus didahulukan hingga bisa beroperasi, baru sistem ERP (electronic road pricing) berjalan. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat bisa merasakan transportasi massal yang memadai dan dengan sendirinya diharapkan mau beralih dari angkutan pribadi ke angkutan umum.

"Kalau bicara MRT, harusnya MRT dulu baru ERP. Seperti di Singapura, ERP-nya belakangan," kata Danang kepada Kompas.com, Selasa (6/1/2015).

Menurut Danang, kuncinya adalah memindahkan kebiasaan masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi ke kendaraan umum, sehingga pembangunan MRT diharapkan menjadi prioritas Pemprov DKI.

Selain MRT, pembangunan tiga koridor Transjakarta, yakni Koridor XIII (Ciledug-Blok M), Koridor XIV (Pondok Kelapa-Blok M), dan Koridor XV (Blok M-Kalimalang) juga harus sesegera mungkin dilaksanakan. Danang menambahkan bahwa ada karakteristik khusus dari lalu lintas di Indonesia yang perlu disesuaikan saat ERP dilaksanakan nanti.

Salah satu karakteristik yang dimaksud adalah banyaknya jalan-jalan kecil atau gang yang bisa menembus ke jalan protokol. Kondisi tersebut, disebut Danang belum bisa diaplikasikan dengan menggunakan alat ERP yang biasa menangani lalu lintas di luar negeri.

"Ini harus betul-betul siap. Harus sesuai dengan karakteristik negara kita. Jalur-jalur alternatif itu apakah hanya untuk jalan masuk atau keluar. Nanti bisa melebar ke jalur lain," tutur dia.

Uji coba jalan berbayar sendiri sudah dilakukan mulai 30 September 2014. PT Kapsh menjadi pelaksana uji coba untuk ruas Jalan Sudirman di Jakarta Pusat dan PT Q-Free untuk Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan. Sedangkan pembangunan proyek transportasi massal cepat atau MRT sendiri masih terus berlangsung.

Pada Senin (29/12/2014) lalu, sebanyak 23 bangunan liar di Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dibongkar untuk pembangunan depo MRT. Pembongkaran tersebut sempat diwarnai oleh protes warga.

Wakil Wali Kota Jakarta Selatan saat itu, Tri Djoko, menjelaskan, seluruh bangunan liar yang dibongkar berada di dalam kompleks Stadion Lebak Bulus seluas 31.000 meter persegi. Total luas lahan bangunan yang dibongkar mencapai 7.500 meter persegi. Menurut Tri, lokasi bekas Terminal Lebak Bulus dan Stadion Lebak Bulus tersebut akan dijadikan depo MRT.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

Megapolitan
Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com