Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Jual Beli Soal Seleksi pada Lelang Jabatan di DKI?

Kompas.com - 09/01/2015, 10:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Perombakan massal yang dilakukan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama lewat seleksi dan promosi terbuka atau lelang jabatan dituding sebagian pihak justru menjadi ajang korupsi baru bagi beberapa oknum. Hal ini dikarenakan masih terdapat jual beli soal dalam proses seleksi terbuka.

Sumber Warta Kota di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DKI Jakarta mengutarakan keluh kesahnya tersebut. Kekecewaannya muncul karena program unggulan Ahok itu malah dicoreng oleh oknum tertentu.

"Lelang jabatan yang diunggulkan Ahok sebenarnya kita dukung karena tujuannya untuk membersihkan dan mengurangi pejabat yang kotor dan korup," katanya.

Namun, program itu diduga dijadikan ajang memperjualbelikan jabatan. "Program ini malah menjadi sarang korupsi. Dalam hal ini, jabatan tersebut diperjualbelikan oleh pejabat di atasnya," tuturnya.

Dia menceritakan bagaimana proses jual beli jabatan itu berlangsung. Menurut dia, para pejabat ditawari untuk mengumpulkan uang agar bisa membeli soal dalam tes seleksi dan promosi terbuka itu.

Biaya membeli soal tes itu tak tanggung-tanggung, yaitu Rp 6 juta per kepala, dan satu kelompok terdapat 10 orang. Artinya, setiap kelompok harus menyetor Rp 60 juta. Uang sebesar itu berlaku untuk jabatan di tingkat kecamatan.

"Saya ingat waktu kita mau ujian ditawari untuk berkumpul membahas soal-soal yang akan diuji. Akan tetapi, syaratnya harus membayar Rp 6 juta per orang, dan untuk 1 kelompok anggotanya 10 orang," katanya.

Dia mengaku, soal yang diperjualbelikan dan dibahas bersama itu sama dengan soal yang diujikan dalam lelang jabatan itu. "Sesudah kita selesai ujian, disuruh menghadap ke kepala dinas. Ya, ujung-ujungnya adalah minta uang," kata dia.

Selain biaya membeli soal sebesar Rp 60 juta untuk tingkat kecamatan, jumlah lebih besar lagi diterapkan pada calon pejabat di tingkat suku dinas di lima wilayah pemerintahan kota administrasi, yakni Rp 250 juta sampai Rp 500 juta.

"Yang paling tidak masuk akal, dan yang paling konyol, ada salah satu peserta lelang jabatan yang mengikuti tes untuk eselon IV, tetapi oleh kepala dinas ditempatkan ke eselon III," katanya.

Membantah

Kepala Disnaker­trans Priyono membantah ada jual beli soal seleksi di lingkungan instansinya. Menurut dia, proses seleksi untuk pejabat eselon IV sampai eselon III sudah lolos dari Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjab) DKI.

"Tidak benar itu (ada jual beli soal tes) karena semuanya sudah lolos dari Baperjab. Kami hanya memilih orang yang lolos Baperjab sesuai dengan nilai," kata dia.

Menurut dia, mereka yang memperoleh nilai cukup tidak bisa lolos dari proses seleksi dan promosi terbuka itu. Hanya ada dua kriteria, yaitu sangat memuaskan (SM) dan memuaskan (M).

"Kalau nilainya cukup, tidak bisa lolos. Itu semua yang mengatur Baperjab dalam proses seleksi," kata Priyono. (faf/bin/m5)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Megapolitan
Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk 'Liquid'

Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk "Liquid"

Megapolitan
PMI Jakbar Sebut Stok Darah Mulai Meningkat Akhir April 2024

PMI Jakbar Sebut Stok Darah Mulai Meningkat Akhir April 2024

Megapolitan
Nekatnya Eks Manajer Resto Milik Hotman Paris, Gelapkan Uang Perusahaan Rp 172 Juta untuk Judi 'Online' dan Bayar Utang

Nekatnya Eks Manajer Resto Milik Hotman Paris, Gelapkan Uang Perusahaan Rp 172 Juta untuk Judi "Online" dan Bayar Utang

Megapolitan
Psikolog Forensik: Ada 4 Faktor Anggota Polisi Dapat Memutuskan Bunuh Diri

Psikolog Forensik: Ada 4 Faktor Anggota Polisi Dapat Memutuskan Bunuh Diri

Megapolitan
Belum Berhasil Identifikasi Begal di Bogor yang Seret Korbannya, Polisi Bentuk Tim Khusus

Belum Berhasil Identifikasi Begal di Bogor yang Seret Korbannya, Polisi Bentuk Tim Khusus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com