Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Disebut Operasi Simpatik? Ini Penjelasannya

Kompas.com - 08/04/2015, 07:00 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Korps Bhayangkara atau kepolisian menggelar Operasi Simpatik selama 1-21 April 2015. Lalu, seperti teknis operasi tersebut dalam praktek di lapangan? Berikut pemaparan pengamat kepolisian, Neta S Pane terkait operasi tersebut.

"Operasi simpati merupakan satu solusi untuk menekan tingginya angka kecelakaan lalu lintas. Namun operasi simpatik yang dilakukan Polri harus benar-benar simpati, sehingga tidak mengedepankan sikap refresif atau penindasan," terang Neta kepada Kompas.com (7/4/2015).

Cara-cara simpatik, menurut Neta, akan lebih menarik simpati masyarakat pada Polri ketimbang mengedepankan tindakan hukum. Jika masyarakat sudah simpati, akan sangat mudah bagi Polri untuk menggugah kesadaran masyarakat.

"Sesuai Undang-undang Lalu Lintas, harusnya pelanggar dihukum tilang. Tapi, di masa Operasi Simpatik berlangsung, sebaiknya ditegur saja dan jika masa operasi selesai, baru polisi melakukan penegakan hukum dan menilang kembali para pelanggar," paparnya.

Operasi simpatik, lanjut Neta, dilatarbelakangi tingginya angka kecelakaan laulintas. Khususnya akibat tidak terkendalinya jumlah kendaraan bermotor hingga kesemsarawut lalu lintas dan jalan raya. Imbasnya, situasi tersebut kerap membuat para pengendara menjadi stres.

"Akibatnya, kesadaran masyarakat untuk membangun dan menciptakan tertib lalu lintas makin rendah. Angka kecelakaan lalulintas terus meningkat, begitu juga korban tewas dan luka di jalanan kian melonjak. Ironisnya, dalam kondisi ini, kesadaran akan keselamatan lalu lintas kian buruk. Sehingga, solusi sekecil apapun harus dilakukan Polri sebagai pemangku lalu lintas," ungkap Neta.

Berdasarkan data Polda Metro Jaya, lima hari sebelum Operasi Simpatik, jumlah penilangan mencapai 24.469 dalam sehari. Hal ini berbeda dengan Operasi Simpatik pada tahun 2014 lalu. Tahun lalu, polisi tetap menilang untuk pelanggaran-pelanggaran yang keterlaluan. Operasi ini menghabiskan dana Rp 3,6 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Transjakarta 10B Cipinang Besar Selatan-Kalimalang

Rute Transjakarta 10B Cipinang Besar Selatan-Kalimalang

Megapolitan
Adik Kelas Korban Kecelakaan Bus di Subang Datangi SMK Lingga Kencana: Mereka Teman Main Kami Juga

Adik Kelas Korban Kecelakaan Bus di Subang Datangi SMK Lingga Kencana: Mereka Teman Main Kami Juga

Megapolitan
Orangtua Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang Mendatangi SMK Lingga Kencana

Orangtua Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang Mendatangi SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Megapolitan
Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Megapolitan
Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Megapolitan
Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Megapolitan
Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Megapolitan
Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Megapolitan
Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Megapolitan
Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com