Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok dan Sindiran Satire "USB" dan "UPS"

Kompas.com - 08/04/2015, 10:08 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Saat memberi pengarahan kepada pegawai negeri sipil (PNS) di Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Pemkab Kepulauan Seribu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terus menyelipkan sindiran satire kepada anggota DPRD DKI Jakarta, mulai dari permasalahan pokok pikiran (pokir) yang diusulkan pada anggaran 2015 mencapai Rp 12,1 triliun, pembelian perangkat uninterruptible power supply (UPS), hak angket yang digulirkan kepadanya, dan lain-lain.

Anggota DPRD yang mengikuti musrenbang itu adalah Neneng Hasanah dari Fraksi Partai Demokrat-PAN. Dia merupakan anggota Dewan dari daerah pemilihan Kepulauan Seribu.

Tak ada senyum maupun tawa saat Neneng mendengar sindiran-sindiran Basuki itu. Ia terlihat serius mendengar pengarahan Basuki. 

Adapun sindiran pertama Basuki ialah saat ia menegaskan tidak ada batasan pagu anggaran kepada Pemkab Kepulauan Seribu untuk menyusun program yang tersusun di Rancangan APBD 2016. Lagi-lagi, dia mengeluarkan satu kata andalannya kala membahas UPS, yakni USB alias "untuk sapi betina" dan "untuk sapi Betawi".

"Bapak (PNS Kepulauan Seribu) mau minta Rp 4 triliun juga bisa, DKI duitnya banyak. Beli USB yang bisa dipakai UPS juga bisa. Ha-ha-ha," kata Basuki, Selasa (7/4/2015). 

Pernyataan Basuki ini tak pelak langsung membuat riuh seisi ruang rapat. Para PNS yang hadir dalam musrenbang tertawa seraya bertepuk tangan mendengar ucapan Basuki. Ia mengatakan, pengadaan UPS di sekolah dan kantor pemerintahan senilai Rp 5,2 miliar sangat tidak masuk akal. Padahal, UPS buatan Italia untuk rumah sakit dan kualitasnya terjamin harganya hanya Rp 1,6 miliar.

"Sekarang didiskon, mereka usulin UPS harganya jadi Rp 4,2 miliar. USB dan UPS harganya memang murah, tetapi teknologi terbaru sekarang karena belum ada teknologi USB dipakai untuk UPS, ha-ha-ha. Kalau (usulan UPS) tidak diterima dibilang komunikasinya tidak santun. Ini bukan komunikasinya, Bos. Ini konspirasi namanya," kata Basuki tertawa.

Tak berhenti sampai di situ, pada kesempatan tersebut, Basuki mengakui kalau ia memang kerap berkata kasar. Pasalnya, saat menjadi Bupati Belitung Timur dulu, "bahasa toilet" masih merupakan bahasa yang sopan. Namun, ia bingung ketika mengucapkan "bahasa toilet" di Jakarta dan berbuntut panjang.

Basuki menegaskan tidak kompromi dengan koruptor meskipun bersikap santun. Dia memilih menjadi dirinya sendiri dan melawan korupsi. Ia juga menegaskan tidak akan berbuat sopan kepada koruptor, baik itu dari internal PNS DKI maupun anggota DPRD DKI.

"Kalau koruptor ya harus dihajar. Kalau mereka harus dipenjara ya penjara, pemecatan ya pemecatan," kata Basuki. 

Kemudian, Basuki juga menyinggung perihal hak angket DPRD DKI yang digulirkan kepadanya. Di depan PNS Kepulauan Seribu, mantan anggota Komisi II DPR RI itu mengatakan pokir-pokir yang diusulkan DPRD merupakan crop atau pemangkasan sebesar 10-15 persen dari program-program unggulan DKI. Basuki menolak semua usulan pokir itu dan akhirnya DKI mengirim dokumen RAPBD 2015 pengesahan paripurna kepada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Akibatnya, DPRD mengajukan hak angket dan menuding dokumen RAPBD yang diajukan DKI ke Kemendagri merupakan dokumen palsu. Kepada PNS, Basuki mengatakan hak angket yang digulirkan DPRD sangat lucu.

"Angketnya tentang saya, tetapi saya enggak diundang sama sekali, padahal saya punya hak jawab juga. Kalau mereka undang saya di angket pada ketakutan semua, saya ungkap buka semua (rahasia anggota DPRD). Sudah, saya bilang mereka jangan pengecut, jangan batalkan hak menyatakan pendapat. Kalau saya dipecat juga tahun 2016 baru bisa dipecat, yang penting saya bisa menyelesaikan APBD dulu dan Bapak Ibu masih bisa bertemu saya sampai tahun depan. Ha-ha-ha," kata Basuki tertawa. 

Dalam bekerja, Basuki mengaku menjalaninya dengan santai. Namun, ia tetap berpedoman pada aturan-aturan yang berlaku. Basuki menceritakan, teman istrinya pernah bertanya, mengapa dia tidak stres selama menjadi Gubernur DKI. Basuki menjawab, ia memang memiliki hobi menantang orang. Hal itu pula yang mendorongnya masuk ke dalam politik dan pemerintahan.

"Hobi menantang orang itu menarik, apalagi lawan 106 anggota DPRD. Kalau pas jadi pengusaha enggak seru, enggak bisa lawan siapa-siapa," kata Basuki. 

Pada pengujung pengarahannya, Basuki menjamin uang DKI tidak akan habis. Ia juga menjamin kepada PNS DKI dapat membereskan semua permasalahan selipan pokir di dalam RAPBD DKI.

"Bapak Ibu tahu enggak pokir DPRD dari tahun 2012? Rp 40 triliun, gila kan! Pokoknya kalau pokir bisa kami bereskan, yakin deh Bapak Ibu kalau uang DKI akan melimpah ruah dan banyak sekali uang DKI," kata Basuki. 

"Pernah saya tanya ke Agung Podomoro untuk pembangunan Central Park, mereka membangun dengan uang Rp 4 triliun dan nilai penjualannya Rp 12 triliun. Pas itu, saya senyum-senyum saja, saya bilang, 'masih kecil Bos uang itu, di sini beli USB yang bisa dipakai UPS saja sampai Rp 12,1 triliun sampai saya harus berantem-berantem sama yang mau beli USB itu'," sindir Basuki.

Sepanjang pengarahan Basuki, PNS Kepulauan Seribu tertawa. Sementara itu, satu-satunya anggota DPRD yang hadir di situ, Neneng, terlihat serius mendengarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com