Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istri Mantan Pengusaha "Disandera" Petugas Pajak

Kompas.com - 22/04/2015, 01:00 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - S (56) tidak pernah mengira pada Selasa (21/4/2015) selepas magrib tadi, sekitar pukul 18.30, istrinya ZS (55) "disandera". Sekitar sembilan orang mendadak mendatangi rumah S yang berlokasi di perumahan Raffles Hills, di kawasan Cibubur, Jakarta Timur.

Belakangan diketahui sang "penyandera" adalah petugas Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan RI. Istri mantan pengusaha yang bergerak di bidang kontraktor tersebut rupanya tercatat sebagai penanggung pajak CV GSP.

CV yang dimiliki pasangan suami istri asal Yogyakarta ini terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Yogyakarta menunggak pajak sebesar Rp 326 juta. Alhasil, petugas pajak pun mencomot ZS ketika sedang berada di rumahnya. ZS kini "disandera" di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Kepada wartawan di depan Rutan Pondok Bambu, Selasa malam, S menceritakan, "penyanderaan" bermula saat rumahnya didatangi tamu yang mengaku hendak membeli rumah. Tamu tersebut datang seorang diri.

Mulanya ia tak menaruh curiga. Sampai tiba-tiba beberapa orang yang mengaku dari Bareskrim Polri membuat "ramai" di rumah S. Orang yang mengaku Bareskrim Polri ini mengatakan kalau tamu S tersebut, sudah menabrak orang. Begitu tamunya dibawa keluar, muncul petugas wajib pajak yang kemudian mencomot istri S.

"Jadi tamu tadi itu cuma memastikan kalau istri saya ada (di rumah)," ujar S.

Setelah menyadari bahwa hal tersebut hanya untuk membawa istrinya, S kemudian meminta penjelasan. Dijelaskan petugas yang datang bahwa istri S mempunyai tunggakan pajak Rp 326 juta.

S mengklaim, petugas menjanjikan agar istrinya dipertemukan dengan para pimpinan kantor pajak soal masalah itu. Alih-alih bertemu pimpinan kantor pajak, istri S justru dijebloskan ke Rutan Pondok Bambu.

"Mereka enggak ngomong kalau mau dibawa ke penjara, katanya ketemu pimpinan. Saya sempat tanya, 'jaminannya apa' (bawa istri), mereka enggak ngomong. Tahunya dibawa ke sini," ujar S.

S mengklaim, dia merasa dizalimi. Sebab, dia mengaku bahwa CV GSP miliknya tersebut sudah tak memiliki kewajiban pajak. CV tersebut, menurutnya, sudah ditutup sejak 2010. Dia mengaku telah mengurus penutupan CV nya di pemerintahan.

Ternyata, setahun kemudian, pihak kantor pajak menyatakan dirinya masih memiliki wajib pajak. "Ternyata, dibilang masih punya kena wajib pajak asetnya," ujar S.

S mengaku, tak tahu soal ini. Ia mengklaim, selama CV-nya aktif dulu, ia tak pernah bermasalah soal tunggakan pajak di KPP Yogjakarta. Ia pun telah pindah tahun 2005 ke Jakarta, meski baru menutup CV nya sejak tahun 2010. Dia mengatakan, pihak kantor pajak memang pernah menyuratinya soal tunggakan itu.

"Nyuratin terus, ya enggak bakalan ketemu, orang sudah di Jakarta," ujarnya.

S mengatakan, kalau ia telah melunasi pajak itu, maka istrinya akan dilepas dari Rutan Pondok Bambu. Ia pun akan menggunakan kuasa hukum untuk menyelesaikan masalahnya.

"Saya akan menggunakan kuasa hukum. Tapi saya juga sangat paham, ini Indonesia rakyat jelata tidak akan menang," kata dia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Megapolitan
Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Megapolitan
Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Megapolitan
Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Megapolitan
Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Megapolitan
Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Megapolitan
Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Megapolitan
Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com