Biryan (36), warga asal Lenteng Agung, Jakarta Selatan, tidak betah dengan pemandangan di sekitar makam mendiang ayahnya yang berada tiga blok dari pintu utama.
Dia mengaku tidak bisa khusyuk berdoa bersama keluarganya karena ada pedagang kerak telor di samping kirinya yang terus menyerukan dagangannya kepada setiap orang yang lewat.
"Ini memang masalah setiap tahun, Mas. Saya enggak masalah ya kalau mereka mau cari rezeki di sini, tetapi minimal hormati lah orang yang mau berdoa," kata Biryan, Minggu sore.
Selain terganggu dengan suara para pedagang, Biryan juga merasa risih ketika dia tiba-tiba didatangi oleh PMKS, mulai dari anak kecil hingga lanjut usia.
Menurut Biryan, ada beberapa di antara mereka yang tidak mau pergi jika belum diberi sedekah. Peziarah lainnya, Nur (58), menilai kondisi di TPU Karet Bivak sudah sama dengan suasana yang ada di pasar malam atau pasar kaget.
Tempat berjalan kaki yang seharusnya lengang sampai jadi macet karena diduduki oleh pedagang di sebelah kiri dan kanan jalan.
"Ziarah ke makam kayak ke pasar malam saja. Ramai sekali sampai jalan saja susah," ujar Nur.
Kehadiran pedagang dan PMKS memang sangat ramai, terlebih pada hari libur seperti hari ini. Pantauan Kompas.com, di beberapa area makam yang sepi, digunakan sebagai tempat berkumpul sejumlah PMKS.
Banyak di antara mereka yang duduk, berdiri, dan bermain di area makam orang lain yang baru saja disekar oleh ahli waris.
Aroma makanan pun cukup kental menandakan banyaknya pedagang di sana, yaitu pedagang kerak telor, kue rangi, siomay, ketoprak, bakso, dan lainnya.
Kehadiran pedagang di sana sempat menghalangi jalan masuk yang biasa digunakan sebagai akses mobil ambulans ke dalam area makam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.