Hanya berjarak dua meter dari patung yang menyimbolkan taman tersebut, seorang buruh terlihat sibuk mengaduk semen dan pasir.
"Rencananya memang mau dipugar. Nanti, patung karapan sapinya diperbaiki, jalannya disemen, terus dikasih bunga dan tanaman juga," kata buruh yang mengaku bernama Rijal tersebut.
Pantauan Kompas.com, lahan seluas 9.000 meter persegi itu tak terlihat seperti taman. Pohon-pohon yang dulu rindang kini tandus diselimuti debu jalanan.
Deru kontainer dari arah jalanan yang hanya berjarak beberapa meter dari taman telah mengganti kicauan burung di taman tersebut. Kini, riuh kendaraan yang berlalu lalang berpacu dengan suara unggas peliharaan warga yang dikandangkan di area taman.
Besi tua berkarat dan berjamur yang berjejer bak pagar taman menandakan usianya sejak pertama "dimakamkan" di sana.
"Saya rasa 10 tahun lebih mungkin. Sejak saya tinggal di sekitar sini tahun 2005, bongkahan besi tua ini sudah ada banyak," tutur Haima (36), seorang ibu rumah tangga di RT 08/13, Tanjung Priok.
Seorang bocah, Shifa (4), terpaksa bermain di bongkahan jangkar dan mesin kapal yang berserakan di taman yang kerap digenangi air saat banjir itu.
Selain berdampingan dengan jalan raya, beberapa besi tua milik PT KAI itu cukup berbahaya untuk dijadikan arena bermain anak-anak.
"Takutnya anak saya main terlalu ke pinggir jalan, banyak 'transformer' (kontainer). Udah gitu, besi-besi di taman juga banyak yang karatan dan ujungnya lancip. Mau dilarang, enggak ada tempat (lahan) lain buat main anak," ujarnya.
Selain Haima, hanya beberapa warga yang terpaksa mengunjungi taman tersebut. Warga lainnya, Yunus (27), mengaku hanya numpang duduk sebentar di taman seraya melihat-lihat buruh yang bekerja.
Pekerja serabutan itu tampak beberapa kali pindah tempat berteduh, mengikuti pergerakan matahari. "Mataharinya geser, kita juga geser. Kan pohonnya sudah enggak rimbun, jadi teduhnya enggak rata," ujarnya.
Menurut Yunus, taman tersebut memang jarang dikunjungi, baik pagi maupun sore. "Apalagi kalau siang, tandus. Paling kalau ada yang datang, numpang buang sampah," ucap dia.
Kewalahan
Kepala Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara Bondan Diah Ekowati mengaku kewalahan membersihkan sampah-sampah di taman tersebut. Mantan Camat Menteng itu mengakui Taman Karapan Sapi termasuk salah satu yang terparah di wilayahnya.