"Kita acap menganggap satu persoalan sepele, padahal orang lain menilainya serius. Misalkan saya bilang, 'berengsek kau' sebagai senda gurau, tetapi orang lain bisa saja ketakutan," kata pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, Sabtu (8/8/2015).
Pada kasus Alfi, tersangka berinisial RS mengungkapkan alasannya membunuh adalah karena tersinggung dibilang badannya bau. Bahkan, tutur RS, Alfi sempat mengucapkan akan pingsan jika mencium bau badannya terus-menerus. (Baca: Sebelum Membunuh, RS Sempat Disuruh Mandi oleh Alfi)
Mendengar ucapan itu, RS langsung naik pitam dan spontan mencekik leher Alfi. Sempat terjadi perlawanan dari Alfi dengan cara menggigit jari RS. (Baca: Ini Pengakuan Pembunuh Alfi)
Namun, hal itu membuat RS makin menjadi. RS pun melilitkan kabel di leher dan menyumpal mulut Alfi dengan kaus kaki hingga Alfi meninggal dunia.
Sementara itu, di kasus Hayriantira, sang pembunuh, AK, juga mengaku emosi sehingga membuat dia membunuh teman sekolahnya dulu. (Baca: Ini Alasan AK Bunuh Hayriantira)
Permasalahan berawal ketika Hayriantira disebut AK mengajak berhubungan badan, tetapi ditolak karena kondisi tubuhnya yang lelah seusai menyetir jarak jauh.
"Dia bilang, 'kamu homo ya?' terus-terusan diulang kata-katanya. Saya juga bingung, tahu-tahu saya bisa seperti itu (membunuh)," kata AK, Jumat (7/8/2015). (Baca: Kronologi Pembunuhan Hayriantira)
Menurut Reza, ada dua motif dominan di balik perilaku kekerasan. Salah satunya adalah kekerasan yang didorong oleh ledakan emosi yang dikenal sebagai anger aggression. Untuk dua kasus tersebut, ledakan emosi disebabkan oleh ucapan dan kata-kata dari korban kepada pembunuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.