Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembang yang Pasang Tembok Kontrakan Warga Bersikeras Minta Rp 50 Juta

Kompas.com - 27/08/2015, 20:13 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mediasi antara Fahrul alias Alung, pemilik kontrakan yang ditembok, dan pemilik lahan atau pengembang Sentosa Residance berakhir tanpa ada kesepakatan kedua belah pihak. Pihak pengembang bersikeras meminta Fahrul membayar kompensasi Rp 50 juta supaya tembok yang menutup bagian depan kontrakan Fahrul dibongkar.

Tembok ini dibangun pengembang karena Fahrul tak membayar kompensasi yang diminta pengembang. Mediasi yang dilakukan di Kantor Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (27/8/2015), itu berlangsung alot dari pukul 13.30 hingga pukul 17.00.

Pada mediasi, pengembang Sentosa Residance diwakili bagian marketing, yakni Zulbaros dan Bagus Tantowi selaku kerabat pengembang.

Mediasi dipimpin Camat Cipayung Iin Mutmainah, Lurah Lubang Buaya Fathoni, anggota Binmas Lubang Buaya dan Babinsa TNI, serta lembaga musyawarah kelurahan (LMK).

Mediasi diawali dengan memaparkan kronologi penembokan dan alasan pengembang melakukan hal tersebut. (Baca: Ini Alasan Pengembang Pasangi Tembok Kontrakan Warga di Lubang Buaya)

Mediasi juga ditujukan untuk mencari solusi dan kesepakatan, misalnya mengenai berapa nilai kompensasi yang dapat diterima kedua belah pihak. Pada mediasi, pihak Fahrul sempat menawarkan akan membayar Rp 15 juta.

Jika pengembang setuju, masalah dianggap selesai. Selanjutnya, pihak kelurahan yang memfasilitasi mediasi akan membuatkan berita acara.

Namun, kedua perwakilan pengembang Sentosa Residance mengaku tidak dapat memutuskan nilai kompensasi pada mediasi kali ini. (Baca: Tolak Bayar Rp 50 Juta untuk Pelebaran Jalan, Depan Kontrakan Ditembok)

Menurut mereka, yang memutuskan adalah Romadhoni selaku pemilik lahan atau pengembang. Dengan demikian, mereka pun tidak bersedia menganggap mediasi itu selesai.

"Ini kami sampaikan dulu ke Pak Romadhoni," kata perwakilan pengembang, Bagus, di ruang rapat kelurahan, Kamis sore.

Mediasi sempat berhenti beberapa saat karena kedua perwakilan pengembang masih belum dapat menerima tawaran Rp 15 juta. Fahrul berkonsultasi lagi dengan keluarga mengenai biaya kompensasi.

Akhirnya, Fahrul menawarkan pembayaran Rp 20 juta, dengan rincian Rp 10 juta akan dibayar segera, dan sisanya dicicil.

Akan tetapi, sekali lagi, perwakilan pengembang meminta agar Fahrul bertemu sendiri dengan pengembang untuk mendapatkan nilai kompensasi secara langsung.

Sementara itu, camat dan lurah yang memfasilitasi mediasi sempat meminta agar perwakilan pengembang dapat memutuskan hal itu pada mediasi ini. Akhirnya, salah satu perwakilan pengembang menelepon pengembang, dan diputuskan bahwa mereka bertahan dengan permintaan Rp 50 juta.

Fahrul akhirnya pasrah. Ia tak mau mediasi berlangsung alot, dan meminta mediasi tersebut diakhiri.

"Ya sudah, dibuatkan saja berita acaranya. Pihak Romadhoni meminta Rp 50 juta, dari saya menyanggupi Rp 20 juta," ujar Fahrul.

Akhirnya, Camat Cipayung Iin Mutmainah menyampaikan bahwa dia berharap kedua belah pihak dapat bertemu langsung dan menyelesaikan persoalan tersebut. "Harapan saya, bertemu langsung. Jadi, bisa jelas," ujar Iin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com