Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Pemotongan Gaji Kuasai Kartu ATM Milik Pekerja Harian Lepas

Kompas.com - 03/09/2015, 15:07 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Dugaan pungutan dan pemotongan gaji pekerja harian lepas oleh pengawas lapangan dan oknum pegawai negeri sipil di DKI Jakarta terus terjadi. Sebagian pelaku diduga menguasai kartu ATM milik pekerja harian lepas (PHL) itu dan memotong gaji mereka. Butuh sanksi hukum tegas agar kasus serupa tidak terulang lagi.

Di Jakarta Utara (Jakut), seorang PHL di wilayah Sunter, Tanjung Priok, TI (54), mengaku memberikan uang Rp 100.000 kepada pengawas PHL berinisial MU (49). Hal itu dilakukan setiap bulan dan telah berlangsung beberapa lama. Atas kejadian itu, MU diberhentikan dari pekerjaannya sejak Selasa (1/9/2015).

Kepala Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara Bondan Diah Ekowaty menyampaikan, pengawas tersebut tak hanya dipecat, tetapi juga dilaporkan untuk dugaan tindakan pungutan liar. "Keduanya telah kami mintai keterangan. Pelaku mengakui kalau menerima uang dari korban, tetapi menyatakan tidak meminta. Apa pun itu, kami bertindak tegas," ucap Bondan, Rabu.

Adanya pungutan tersebut, ujar Bondan, merupakan kebiasaan PHL saat dulu masih berstatus swasta. Hal itu lalu berlanjut setelah mereka berada di bawah kontrol Sudin Kebersihan Jakut. Meski demikian, baru ditemukan satu kasus semacam ini.

"Puluhan PHL lainnya telah kami mintai keterangan dan mereka mengaku tak ada yang dimintai pungutan. Belum ada keterlibatan orang lain sehingga kami akan tetap kawal hal ini. Kami juga telah membuat pakta integritas agar kejadian sama tidak berulang," ucap Bondan.

Di Jakut terdapat 1.795 PHL. Mereka tersebar di enam kecamatan dan bertugas di sejumlah ruas jalan utama. Para PHL yang digaji Rp 2,7 juta per bulan ini bertugas menyapu jalan dan membersihkan lingkungan.

Warjo (50), salah seorang PHL di Sunter, mengatakan, sejauh ini dia tak pernah dimintai pungutan atau memberikan uang kepada sejumlah pengawas, apalagi gaji yang diterima langsung masuk melalui rekening sendiri.

"Saya kerja aman-aman saja. Kalaupun ada yang memberi, itu mungkin karena mereka ingin memberi saja, bukan karena ditarifin," ujarnya.

Petugas lain, Turyasih (45), mengutarakan hal sama. Pekerja yang telah melakoni pekerjaan sebagai PHL selama dua tahun itu tidak mendapat arahan untuk memberikan uang kepada pengawas.

"Tetapi, tadi kami semua sudah dipanggil menindaklanjuti hal itu. Kami juga menandatangani surat integritas (pakta integritas). Tetapi, kami tak tahu apa-apa, sejauh ini baik-baik saja," ucapnya.

Dugaan pemotongan upah tenaga PHL juga muncul di Suku Dinas Pertamanan Jakarta Timur (Jaktim). Kepala Sudin Pertamanan Jaktim Mimi Rahmiati mengaku, problem pemotongan itu terjadi lantaran iklim kerja yang dibina pihak ketiga selaku pengelola PHL Sudin Pertamanan Jaktim hingga tahun lalu masih bertahan hingga tahun ini. "Orang-orang dari pihak ketiga itu juga masih bekerja sebagai PHL di Sudin Pertamanan Jaktim," ujar Mimi.

April lalu, ujar Mimi, hal itu sudah diselesaikan dengan menyeleksi ulang tenaga PHL di Sudin Pertamanan Jaktim. Mimi menjamin sekarang tak ada lagi pemotongan upah untuk PHL.

Meski demikian, Mimi mengakui, dirinya mengajukan pengunduran diri dari jabatannya sebagai Kepala Sudin Pertamanan Jaktim. Dia mengaku tak cerdas dalam menjalankan tugasnya. "Saya bodoh, makanya saya mundur," ucapnya.

Mimi juga enggan menyebutkan jumlah tenaga PHL yang dipekerjakan sebelum dan sesudah evaluasi tenaga PHL pada April lalu.

Penyelidikan polisi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Megapolitan
Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Megapolitan
Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Megapolitan
Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Megapolitan
Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Megapolitan
PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Megapolitan
Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com